KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada yang
maha kuasa yang telah memberikan berkat serta karunianya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul ” Karakteristik dan Nilai Yang Perlu Dikembangkan Pada
Anak “ yang tepat
pada waktunya sebagai tugas mata kuliah. Metode
Pengembangan Moral dan Nilai ”. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Dosen Bidang Study Metode
Pengembangan Moral dan Nilai, karena atas bimbingan beliau maka kami dapat mengetahui dan
mengerti bagaimana cara mengerjakan makalah yang baik dan benar. Makalah ini
berisikan tentang pengertian, penjelasan serta pemaparan. Dalam penyusunan
makalah ini, Kami
mendapat banyak kesulitan karena kurangnya sumber serta fasilitas untuk
penyusunan makalah ini, tetapi itu semua kami
jadikan tantangan untuk dapat bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Oleh karena itu, sebelum dan sesudahnya kami ucapakan terimakasih.
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar------------------------------------------------------------------------1
Daftar
Isi
------------------------------------------------------------------------------2
BAB
I
Pendahuluan
--------------------------------------------------------------------------3
BAB II
Karakteristik
dan nilai yang perlu dikembangkan pada anak-------------------4
BAB III
Metode
pembelajaran untuk anak usia dini---------------------------------------9
BAB
IV
Kesimpulan
-------------------------------------------------------------------------19
Daftar
Pustaka-----------------------------------------------------------------------20
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa : Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Akhlak mulia merupakan aspek penting
dalam mendidik anak. Bahkan suatu bangsa yang berkarakter juga ditentukan oleh
tingkat akhlak bangsanya. Tanpa karakter seseorang mudah melakukan sesuatu yang
dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu sangat penting untuk membentuk
insan yang berkarakter karena kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti individu
merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain.
Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia yang kuat,
maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan
bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Maka dari itu terdapat dua nilai utama yang menjadi pilar pendidik
dalam membangun karakter kuat untuk anak didiknya yaitu amanah dan keteladanan.
Oleh karena itu untuk mewujudkan pendidikan karakter untuk anak usia dini
diperlukan kepedulian dari setiap pihak, baik pemerintah, masyarakat, keluarga
maupun sekolah. Pendidikan karakter untuk anak usia dini akan terbentuk jika
semua pihak memilki kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter dimulai sejak
usia dini.
BAB II
KARAKTERISTIK NILAI DAN NORMA YANG PERLU DIKEMBANGKAN PADA ANAK
Guru adalah posisi paling strategis
untuk membentuk karakter anak. Pendidikan karakter pada anak usia dini itulah
yang menjadi dasar pembentukan awal karena meluruskan sebatang ranting jauh
lebih mudah daripada meluruskan sebatang pohon, maka dari itu pendidikan
karakter yang paling efektif adalah pendidikan pada masa kanak-kanak.
Pendidikan
adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya
bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Pembangunan karakter adalah usaha paling penting
karena usaha mendidik dan mengasuh anak-anak untuk perkembangan tabiat yang
luhur. Dalam UU No. 23/2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu upaya pembinaan yang
ditujukan untuk anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun. Dan dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang
pendidikan lebih lanjut. Anak merupakan investasi masa depan yang perlu
distimulasi perkembangannya sejak usia dini. Sel-sel otak yang dimiliki anak
sejak lahir tidak akan mampu berkembang secara optimal jika stimulus yang
diberikan tidak tepat dan tidak mendukung perkembangannya. Salah satu kawasan
yang perlu dikembangkan oleh orang tua dan pendidik dalam menstimulasi anak
adalah penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Diharapkan pada tahap
perkembangan selanjutnya anak akan mampu membedakan baik buruk, benar salah,
sehingga ia dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Ini akan
berpengaruh pada mudah tidaknya anak diterima oleh masyarakat sekitarnya dalam
hal bersosialisasi.
Pengembangan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa anak usia dini harus dilakukan dengan tepat. Jika
hal ini tidak bisa tercapai, pesan moral yang akan disampaikan orang tua dan
pendidik kepada anak menjadi terhambat. Pengembangan nilai moral untuk anak
usia dini bisa dilakukan di dalam tiga tri pusat pendidikan yang ada. Yaitu,
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam pengembangan nilai moral untuk anak
usia dini perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Hal ini dikarenakan anak
usia dini adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan praoperasional
konkret seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Sedangkan nilai-nilai moral
merupakan konsep-konsep yang abstrak. Sehingga dalam hal ini anak belum bisa
dengan serta-merta menerima apa yang diajarkan guru atau orang tua yang
sifatnya abstrak secara cepat. Untuk itulah orang tua dan pendidik harus
pandai-pandai dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan untuk
menanamkan nilai moral kepada anak agar pesan moral yang ingin disampaikan guru
dapat benar-benar sampai dan dipahami oleh anak untuk bekal kehidupannya di
masa depan.
Pendidikan
karakter bukan hanya sekadar menanamkan mana yang benar dan salah. Pendidikan
karakter merupakan usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik
(habituation). Sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan
nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya, harus melibatkan pengetahuan
yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan
perilaku yang baik (moral action), sehingga terbentuk perwujudan kesatuan
perilaku dan sikap hidup peserta didik.
Inilah 13 nilai-nilai yang
dikembangkan pada pendidikan karakter bangsa dan cara menanamkan nilai tersebut
pada anak usia dini.
1. Nilai
religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
Cara menanamkannya yaitu guru bisa
membiasakan anak untuk berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan.
Membiasakan anak untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya.
2. Nilai
jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Cara menanamkannya yaitu dengan
melalui kegiatan kesehariannya dan sebagai suatu kebiasaan dengan menghargai
milik orang lain dan dapat membedakan milik pribadi dan orang lain. Misalnya
membiasakannya meminta izin ketika meminjam mainan temannya kemudian
mengembalikannya dan selalu mengucapkan terimakasih dan bisa juga dengan
memberikan cerita pada anak kemudian berdiskusi terkait nilai-nilai yang
terkandung dalam cerita tersebut.
3. Nilai
toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Cara menanamkannnya yaitu melalui
kegiatan permainan kooperatif, permainan kooperatif atau bermain berkelompok
dapat melatih kerjasama pada anak dan dapat melatih kepemimpinan pada anak.
4. Disiplin
yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
Cara menanamkannya yaitu bisa
melalui pembiasaan pada anak untuk membereskan dan mengembalikan mainannya
ditempat semula. Dengan begitu anak dibiasakan hidup tertib dan teratur serta
bertanggung jawab dengan kegiatan yang telah dilakukannya.
5. Nilai
kerja yaitu keras perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
Cara menanamkannya yaitu dengan guru
mengajak anak jalan-jalan disekitar sekolah dengan jarak yang tidak terlalu
dekat dan tidak terlalu jauh. Kemampuan untuk menempuh jarak tersebut dapat
mengembangkan semangat anak untuk mencapai suatu tujuan. Guru pun juga harus
memberikan dukungan dan pujian pada anak agar semangat anak tetap terjaga.
6. Nilai
mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Cara menanamkannya yaitu dengan
membiasakan anak untuk tidak ditunggui orangtua atau pengasuhnya ketika
disekolah.
7. Nilai
demokratis yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Cara menanamkannya bisa dengan
menghargai perbedaan yang terjadi dan pelan-pelan diarahkan pada
pertanggungjawaban yang benar dan sesuai dengan nalar. Guru membiarkan
kreativitas dan imajinasi anak berkembang kemudian guru memberikan pujian serta
anak diminta untuk menjelaskan apa yang sedang dilakukannya sehingga guru
dapat memahami cara berpikir anak.
8. Nilai
rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar
Cara menanamkan sifat kritis pada
anak dengan cara mengajak anak meneliti sesuatu yang ada disekitarnya kemudian
berdiskusi sederhana tentang apa yang sudah diteliti.
9. Nilai
semangat kebangsaan yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
Cara menanamkannya pada anak bisa
melalui karnaval dengan anak memakai kostum adat dari berbagai daerah di
Indonesia.
10. Nilai cinta tanah air
yaitu cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
11. Nilai peduli
lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Cara menanamkan rasa peduli
lingkungan yaitu dengan cara mengajak anak untuk berkebun dan mengajari mereka
untuk merawat tanaman yang ada disekitar sekolah. Mengajak anak menjaga dan
memlihara tanaman merupakan awal untu mencintai lingkungan alam yang ada
disekitarnya.
12. Nilai peduli sosial
yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
Cara menanamkannya adalah dengan
mengajak anak untuk berbagi dengan teman ketika makan bersama, membantu teman
yang membutuhkan.
13. Nilai tanggung-jawab
yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Cara menanamkan pada anak usia dini bisa melalui
permainan atau tugas-tugas menggunakan alat. Menjaga agar alat yang dipakai
tidak rusak, berani melaporkannya pada guru adalah sebuah proses pembentukan
sikap dan perilaku bertanggung jawab.
Terbentuknya karakter memerlukan proses yang relatif
lama dan terus menerus. Oleh karena itu, sejak dini harus ditanamkan pendidikan
karakter pada anak. Pembiasaan juga dapat membentuk karakter karena pembiasaan
diarahkan pada upaya pembudayaan pada aktivitas tertentu sehingga menjadi
aktivitas yang terpola dan tersistem. Guru yang memiliki arti dipercaya dan
ditiru juga memiliki andil besar terhadap pendidikan karakter pada anak. Oleh
karena itu penampilan dan sifat-sifat guru harus bisa menjadi teladan
siswa-siswanya kearah pembentukan karakter yang kuat.
Pendidikan
pada masa kanak-kanak adalah pendidikan yang paling efektif. Pada anak usia
dini pembentukan karakter yang kuat sangatlah penting karena dasar anak bisa
belajar membedakan mana yang baik dan yang buruk. Dimulainya pendidikan
karakter pada usia dini diharapkan dapat membentuk insan yang berkarakter kuat
dan cerdas sehingga mampu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka dari itu diharapkan pendidikan
sekarang menekankan pada pembentukan manusia yang berbudi pekerti luhur dan
berakhlak mulia dan semua itu perlu dilakukan secara konkrit sejak dini.
BAB III
PENDEKATAN METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
SOSIAL, EMOSI, MORAL DAN AGAMA
1.
Model Pembelajaran Koopratif Games
Pembelajaran Kooperatif sangat
beragam jenisnya. Salah satunya adalah model pembelajaran TGT (Teams
Games Tournament). Menurut Kurniasari (2006), model pembelajaran TGT
merupakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok
kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik dalam hal
akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari model ini adalah
adanya game dan turnamen akademik.
Sebelum memulai game dan
turnamen akademik, guru terlebih dahulu menempatkan siswa dalam sebuah tim yang
mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari jenis kelamin, ras, maupun etnis.
Masing-masing siswa nantinya akan mewakili kelompoknya untuk bersaing dalam
meja turnamen.
Setelah kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil, guru kemudian menyajikan materi dan selanjutnya siswa
bekerja mengerjakan LKS dalam kelompoknya masing-masing. Apabila ada anggota
kelompok yang kurang mengerti dengan materi dan tugas yang diberikan, maka
anggota kelompok yang lain bertugas memberikan jawaban seta menjelaskannya
sebelum pertanyaan tersebut diajukan kepada guru.
Untuk memastikan apakah semua
anggota kelompok telah menguasai materi, maka siswa akan bertanding dalam game dan
turnamen ademik. Gamehanya diikuti oleh perwakilan dari masing-masing
kelompok, sedangkan turnamen diikuti oleh semua siswa.
Ketika turnamen akademik, siswa akan
dipisahkan dengan kelompok asalnya untuk ditempatkan dalam meja-meja turnamen.
Setiap meja turnamen terdiri dari beberapa siswa yang mewakili kelompoknya
masing-masing. Penentuan dimana meja turnamen yang akan ditempati oleh siswa
dilakukan oleh guru, yaitu dengan melihat homogenitas akademik. Maksudnya,
siswa yang berada dalam satu meja turnamen adalah siswa dengan kemampuan
akademiknya setara. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh
saat pre-test.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini
disajikan tahapan-tahapan dalam model pembelaran TGT. Menurut Slavin
(2001:166-167), langkah-langkah model pembelajaran TGT ada lima tahap, yaitu:
tahap presentasi di kelas, tim,game, turnamen, dan rekognisi tim. Uraian
selengkapnya sebagai berikut:
2.2.A. Presentasi di kelas
Penyajian materi dalam TGT
diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi kelas dilakukan oleh guru
pada saat awal pembelajaran. Guru menyampaikan materi kepada siswa terlebih
dahulu yang biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung melalui ceramah.
Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga menyampaikan tujuan, tugas,
atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.
Pada tahap ini, siswa juga dapat
diikutsertakan saat penyajian materi. Bahkan agar lebih menarik, penyajian
materi bisa disajikan dalam bentuk audiovisual yang dikemas dalam CD interaktif
seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.
Pada saat penyajian materi, siswa
harus benar-benar memperhatikan serta berusaha untuk memahami materi sebaik
mungkin, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok, game dan saat turnamen akademik. Selain itu, siswa
dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan jawaban di depan
kelas.
2.2.B. Tim/kelompok
Setelah penyajian materi oleh guru,
siswa kemudian berkumpul berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap
tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen.
Dalam kelompoknya siswa berusaha mendalami materi yang telah diberikan guru
agar dapat bekerja dengan baik dan optimal saat turnamen.
Guru kemudian memberikan LKS untuk
dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok.
Bila ada siswa yang mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung
jawab untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman
sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa
diajukan kepada guru.
Belajar dalam kelompok sangat
bermanfaat, karena dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan
sosial memupuk keterampilan kerja sama siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud
adalah berbagi tugas dengan anggota kelompoknya, saling bekerja sama, aktif
bertanya, menjelaskan dan mengemukakan ide, menanggapi jawaban/pertanyaan dari
teman, dan sebagainya.
2.2.C. Game (permainan)
Apabila siswa telah selesai
mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah
melakukan game. Gamedimainkan oleh perwakilan dari tiap-tiap
kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat kartu
bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar
permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga
berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya.
2.2.D. Tournament (turnamen)
Turnamen biasanya dilakukan tiap
akhir pekan atau akhir subbab. Turnamen diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap
siswa akan ditempatkan di meja turnamen dengan siswa dari kelompok lain yang
kemampuan akademiknya setara. Jadi, dalam satu meja turnamen akan diisi oleh
siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari kelompok yang berbeda.
Meja turnamen diurutkan dari
tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1 untuk siswa dengan kemampuan
tinggi, meja 2 untuk siswa dengan kemampuan sedang. Meja 3 untuk siswa dengan
kemampuan di bawah siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya. Di meja turnamen
tersebut siswa akan bertanding menjawab soal-soal yang disediakan mewakili
kelompoknya.
Soal-soal turnamen harus dirancang
sedemikian rupa agar semua siswa dari semua tingkat kemampuan dapat
menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Jadi, guru membuat kartu soal yang sulit
untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal yang lebih mudah untuk anak yang
kurang pintar.
Siswa yang mendapat skor tertinggi
akan naik ke meja yang setingkat lebih tinggi. Siswa yang mendapatkan peringkat
kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan siswa dengan peringkat-peringkat
di bawahnya akan turun ke meja yang yang tingkatannya lebih rendah.
Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan
memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen TGT yaitu:
(1) cara memulai permainan
Untuk memulai permainan, terlebih
dahulu ditentukan pembaca pertama. Cara menentukan siswa yang menjadi pembaca
pertama adalah dengan menarik kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor
tertinggi adalah pembaca pertama.
(2) Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang
berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.
Setelah pembaca pertama ditentukan,
pembaca pertama kemudian mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
Pembaca pertama lalu membacakan soal yang berhubungan dengan nomor yang ada
pada kartu. Setelah itu, semua siswa harus mengerjakan soal tersebut agar
mereka siap ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawabannya, maka penantang
I (siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk menantang jawaban pembaca
atau melewatinya.
(3) Tantang atau lewati
Apabila penantang I berniat
menantang jawaban pembaca, maka penantang I memberikan jawaban yang berbeda
dengan jawaban pembaca. Jika penantang I melewatinya, penantang II boleh
menantang atau melewatinya pula. Begitu seterusnya sampai semua penantang
menentukan akan menantang atau melewati.
Apabila semua penentang sudah
menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban dan
mencocokkannya dengan jawaban pembaca serta penantang. Siapapun yang jawabannya
benar berhak menyimpan kartunya. Jika jawaban pembaca salah maka tidak
dikenakan sanksi, tetapi bila jawaban penantang salah maka penantang
mendapatkan sanksi. Sanksi tersebut adalah dengan mengembalikan kartu yang telah
dimenangkan sebelumnya (jika ada).
(4) Memulai putaran selanjutnya
Untuk memulai putaran selanjutnya,
semua posisi bergeser satu posisi kekiri. Siswa yang tadinya menjadi penantang
I berganti posisi menjadi pembaca, penantang II menjadi penantang I, dan
pembaca menjadi penantang yang terakhir. Setelah itu, turnamen berlanjut sampai
kartu habis atau sampai waktu yang ditentukan guru.
(5) Perhitungan poin
Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang
telah meraka menangkan pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen
selanjutnya dilakukan oleh guru.
Selanjutnya, poin-poin tersebut
dipindahkan ke lembar rangkuman tim untuk dihitung rerata skor kelompoknya.
Untuk menghitung rerata skor kelompok adalah dengan menambahkan skor seluruh
anggota tim kemudian dibagi dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan.
2.
Strategi Pembelajaran Melalui buku
cerita
a. Rasional strategi pembelajaran melalui buku cerita
Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat
ditempuh dengan strategi pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005:
10.6) mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut.
·
Bagi
anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya
merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
·
Guru
dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada
anak.
·
Kegiatan
bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moral dan
keagamaan.
·
Pembelajaran
dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.
·
Dengan
dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untk mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
·
Membantu
anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak, dan
bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
b. Sintaks pembelajaran melalui bercerita
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5
langkah. Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan tujuan dan tema cerita.
2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya
bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar,
menggunakan papan flannel, dst.
3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam
kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan
bercerita, yang terdiri dari:
·
menyampaikan
tujuan dan tema cerita,
·
mengatur
tempat duduk,
·
melaksanaan
kegiatan pembukaan,
·
mengembangkan
cerita,
·
menetapkan
teknik bertutur,
·
mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran
dilaksanakan penilaian dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan isi cerita untuk mengembangkan pemahaman anak aka isi cerita
yang telah didengarkan. 2. Strategi Pembelajaran Melalui buku cerita
a. Rasional strategi pembelajaran melalui buku cerita
Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat
ditempuh dengan strategi pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005:
10.6) mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut.
·
Bagi
anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya
merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
·
Guru
dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada
anak.
·
Kegiatan
bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moral dan
keagamaan.
·
Pembelajaran
dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.
·
Dengan
dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untk mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
·
Membantu
anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak, dan
bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
b. Sintaks pembelajaran melalui bercerita
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5
langkah. Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan tujuan dan tema cerita.
2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya
bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar,
menggunakan papan flannel, dst.
3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam
kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita,
yang terdiri dari:
·
menyampaikan
tujuan dan tema cerita,
·
mengatur
tempat duduk,
·
melaksanaan
kegiatan pembukaan,
·
mengembangkan
cerita,
·
menetapkan
teknik bertutur,
·
mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran
dilaksanakan penilaian dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan isi cerita untuk mengembangkan pemahaman anak aka isi cerita
yang telah didengarkan.
3.
Video
Pembelajaran.
Selain CD interaktif, video termasuk
media yang dapat digunakan untuk pembelajaran di SD. Video ini bersifat
interaktif-tutorial membimbing siswa untuk memahami sebuah materi melalui
visualisasi. Siswa juga dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktek
sesuai yang diajarkan dalam video. Penggunaan CD interaktif di SD cocok untuk
mengajarkan suatu proses. Misalnya cara penyerbukan pada tumbukan, teknik
okulasi, pembelahan sel, proses respirasi dan lain-lain. CD interaktif dapat
digunakan pada pembelajaran di sekolah sebab cukup efektif meningkatkan hasil
belajar siswa terutama komputer. Terdapat dua istilah dalam perkembangan CD
interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan Computer
Assisted Instructuion (CAI) Sifat media ini selain interaktif juga
bersifat multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi
sound, animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di
antaranya:
·
Model Drill: Model drills dalam CBI pada
dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan
pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk
pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
·
Model
Tutorial: Program
CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang
berisi materi pelajaran. Metode Tutorial dalam CAI pola dasarnya mengikuti
pengajaran Berprograma tipe Branching yaitu informasi/mata
pelajaran disajikan dalam unit – unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan.
Respon siswa dianalisis oleh komputer (Diperbandingkan dengan jawaban yang
diintegrasikan oleh penulis program) dan umpan baliknya yang benar diberikan.
(Nana Sudjana & Ahmad Rivai:139). Program ini juga menuntut siswa untuk
mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam
kegiatan pembelajaran.
·
Model
Simulasi: Model
simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran
yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui
penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang
sebenarnya.
·
Model
Games: Model
permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran menyenangkan”, di
mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan.
Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional
Games (Eleanor.L Criswell, 1989: 20)
Pada umumnya tipe penyajian yang banyak digunakan adalah
“tutorial”. Tutorial ini membimbing siswa secara tuntas menguasai materi dengan
cepat dan menarik. Setiap siswa cenderung memiliki perbedaan penguasaan materi
tergantung dari kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan tutorial melalui CD
interaktif lebih efektif untuk mengajarkan penguasaan Softwarekepada
siswa dibandingkan dengan mengajarkan hardware. Misalnya
tutorial Microsoft Office Word, Access, Excel, dan Power
Point. Kelebihan lain dari CD interaktif ini adalah siswa dapat belajar
secara mandiri, tidak harus tergantung kepada guru/instruktur. Siswa dapat
memulai belajar kapan saja dan dapat mengakhiri sesuai dengan keinginannya.
Selain itu, materi-materi yang diajarkan dalam CD tersebut dapat langsung
dipraktekkan oleh siswa terhadap siftwaretersebut. Terdapat juga
fungsi repeat, bermanfaat untuk mengulangi materi secara
berulang-ulang untuk penguasaan secara menyeluruh.
BAB III
KESIMPULAN
pentingnya karakter dalam membangun
sumber daya manusia yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan
dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Maka dari itu terdapat dua nilai utama
yang menjadi pilar pendidik dalam membangun karakter kuat untuk anak didiknya
yaitu amanah dan keteladanan.
Oleh karena itu untuk mewujudkan pendidikan karakter untuk anak usia dini
diperlukan kepedulian dari setiap pihak, baik pemerintah, masyarakat, keluarga
maupun sekolah. Pendidikan karakter untuk anak usia dini akan terbentuk jika
semua pihak memilki kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter dimulai sejak
usia dini.
1. Model
pembelajaran kooperatif adalah pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas
yang menyangkut strategi, tipe, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Pembelajaran
kooperatif atau cooperative learning adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme, dimana anak harus
membangun pengetahuannya sendiri.
3. Model
pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran yang mengacu pada
pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerja sama
antarpersonal.
4. Model
pembelajaran TGT mempunyai lima komponen penting, yaitu: penyajian kelas,
kelompok, permainan, turnamen atau lomba atau perlombaan, dan penghargaan
kelompok.
5. Pembelajaran
TGT dapat diterapkan pada berbagai pengenalan konsep.
DAFTAR PUSTAKA
M. Furqon Hidayatullah (2009). Guru Sejati Membangun
Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas.
Surakarta:Yuma Pustaka.
Moh. Uzer Usman (2000). Menjadi Guru Profesional.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurul Zuriah, M.Si. (2007). Pendidikan Moral dan
Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Devries, Hulton. (1976). The Effects Of Teams Games
Tournament.
Anonim. 2010. Model Pembeajaran Kooperatif Tipe TGT. http://suhadinet.wordpress.com.
Diakses tanggal 17 Mei
2015, pukul 09.09 WIB.
Depdiknas.2000.Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatf Tipe Teams Games Tounament (TGT). Volume 5, Nomor 1, Desember 2011.
Devries, Hulton. (1976). The Effects Of Teams Games
Tournament.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: University Press.
ISSN: 2231-5373 International Journal of Mathematics Trends
and Technology, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar