Sabtu, 25 Februari 2017

Upaya Guru Membina Hubungan Positif Dengan Anak, Keluarga dan Kolega

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan pada yang maha kuasa yang telah memberikan berkat serta karunianya kepada saya, sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas yang berjudul  ” Upaya Guru Membina Hubungan Positif Dengan Anak, Keluarga dan Kolega“  yang tepat pada waktunya sebagai tugas mata kuliah. “Metode Pengembangan Moral dan Nilai”. Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen,  karena atas bimbingan beliau maka kami dapat mengetahui dan mengerti bagaimana cara mengerjakan makalah yang baik dan benar. Makalah ini berisikan tentang pengertian, penjelasan serta pemaparan. Dalam penyusunan tugas ini, Saya mendapat banyak kesulitan karena kurangnya sumber serta fasilitas untuk penyusunan tugas ini, tetapi itu semua saya jadikan tantangan untuk dapat bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas ini. Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan tugas  ini.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam penyusunan tugas ini dari awal sampai akhir. Oleh karena itu, sebelum dan sesudahnya saya  ucapakan terimakasih.



DAFTAR ISI
Kata Pengantar------------------------------------------------------------------------1
Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------2
BAB I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------3
1.1 Latar Belakang-------------------------------------------------------------------3
1.2 Ruang Lingkup-------------------------------------------------------------------5
1.3 Tujuan ----------------------------------------------------------------------------5
1.4 Manfaat---------------------------------------------------------------------------5
BAB II PEMBAHASAN -----------------------------------------------------------6
2.1 Membina Hubungan Positif Dengan Anak Didik---------------------------6
a. Sikap Terhadap Anak Didik -----------------------------------------------------6
b. Upaya Guru Meningkatkan Hubungan Positif Dengan Anak Didik--------7
2.2 Membina Hubungan Positif Dengan Orang Tua Murid --------------------8
a. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak-----------------------------------10
b. Upaya Guru Meningkatkan Hubungan Dengan Orangtua Murid ---------11
2.3 Membina Hubungan Positif Dengan Kolega---------------------------------9
a. Sikap Terhadap Teman Sejawat -----------------------------------------------24
b. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja ---------------------------25
c. Hubungan Guru Secara Keseluruhan------------------------------------------26
BAB III PENUTUP  ---------------------------------------------------------------28
Kesimpulan -------------------------------------------------------------------------28
Saran ---------------------------------------------------------------------------------28
Daftar Pustaka ----------------------------------------------------------------------29



BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
        Masih banyak kenyataan yang terjadi di masyarakat adanya orangtua yang masih mempunyai pola pikir bahwa pendidikan itu sepenuhnya tanggungjawab pihak lembaga pendidikan saja. Seringkali orangtua menumpu harapan terlalu tinggi pada lembaga pendidikan, sehingga banyak orangtua yang berani membayar mahal biaya pendidikan anaknya. Di sisi lain, tidak sedikit orangtua yang menuntut lembaga pendidikan harus berbuat seperti yang dikehendaki dan kecewa jika hasil pendidikan di lembaga tersebut tidak sesuai dengan harapannya. Fenomena keliru ini harus segera diluruskan agar tanggungjawab tinggi muncul dalam keluarga sehingga keluarga, khususnya ibu dan ayah juga berperan sebagai pendidik di rumah.
        Dalam Teori ekologi Bronfenbrenner (1979) menjelaskan mengenai perkembangan anak yang dipengaruhi oleh sistem interaksi yang kompleks dengan berbagai tingkatan lingkungan sekitarnya yang mencakup interaksi yang saling berhubungan antara di dalam dan di luar rumah, sekolah dan tetangga(masyarakat) dari kehidupan anak setiap hari dalam kurun waktu yang sangat lama. Interaksi ini menjadi motor atau penggerak perkembangan anak yang  merupakan pusat dari lingkaran, dikelilingi oleh berbagai sistem interaksi yang terdiri dari sistem mikro, sistem meso, sistem exo dan sistem makro.
        Sistem Mikro adalah lingkaran yang paling dekat dengan anak yang meliputi kegiatan dan pola interaksi langsung dari anak dengan lingkungan terdekatnya seperti interaksi dengan orangtua, kakak dan adik kandungnya, sekolah, serta teman sebaya. Hubungan dua arah yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang dan intensif di lingkungan terdekat ini mempunyai dampak terbesar dan mendalam pada perkembangan anak.
        Sistem Meso adalah lingkaran interaksi dan kesesuaian hubungan antar komponen dalam sistem mikro anak yang sangat mempengaruhi perkembangan anak seperti hubungan antara rumah dan sekolah. Orang tua yang tidak terdidik dan tidak menghargai pentingnya pendidikan dan hubungan dengan lembaga kelompok bermain/sekolah, dan yang tidak berbicara dengan bahasa yang digunakan di sekolah anak, akan menyebabkan anak mengalami banyak masalah dalam menerapkan pembiasaan di kelompok bermain dan juga dalam melejitkan potensi kecerdasan jamak anak usia dini. Sebaliknya bila hubungan antar komponen tersebut serasi dan kuat, menyebabkan anak memiliki kemampuan akademik yang baik. Prinsip utama dari sistem meso adalah semakin kuat dan saling mengisi interaksi antar komponen dalam sistem meso, semakin besar pengaruh dan hasilnya pada perkembangan anak.
        Sistem Exo merupakan lingkaran dalam sistem sosial yang lebih besar dan tidak berperan secara langsung terhadap anak, dan anak juga tidak langsung berperan di dalamnya, tetapi interaksi komponen dalam sistem ini seperti dalam bentuk keputusan pada tataran lembaga yang mempunyai hubungan dengan anak, berpengaruh terhadap perkembangan anak. Keputusan-keputusan dari tempat kerja orang tua, komite sekolah, atau lembaga perencanaan adalah contoh dari sistem exo yang dapat mempengaruhi anak baik positif maupun negatif meskipun anak tidak langsung terlibat dalam lembaga-lembaga tersebut. Contoh lain adalah kekejaman orang dewasa yang terjadi di lingkungan tempat tinggal anak dapat berpengaruh pada kesulitan anak untuk tidur.
        Sistem Makro merupakan lingkaran terluar dari lingkungan anak yang terdiri dari nilai-nilai budaya, hukum dan peraturan perundangan, adat kebiasaan, kebijakan sosial dan lain sebagainya. Seluruh komponen dari sistem ini juga berpengaruh terhadap perkembangan.
        Untuk menjawab fenomena ini  banyak cara yang dapat dilakukan salah satunya yaitu bentuk kegiatan informal yang dilakukan oleh pengelola lembaga PAUD untuk menyelaraskan kegiatan-kegiatan pengasuhan dan pendidikan anak antara di sekolah dan di rumah.Kegiatan ini ditujukan kepada para orangtua, pengasuh, dan anggota keluarga lain yang berperan secara langsung dalam proses perkembangan anak. Kegiatan (pertemuan orangtua) saat ini dirasakan sangat diperlukan mengingat pentingnya pendidikan sedini mungkin.

B.     Ruang Lingkup
1. Hubungan Guru dengan anak didik
2. Hubungan Guru dengan orang tua murid
3. Hubungan Guru dengan kolega
C.    Tujuan
1.      Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengkaji hubungan Guru dengan anak didik
2.      Memahami hubungan  antara Guru dengan Orang tua murid
3.      Memahami hubungan antara Guru dengan kolega

D.    Manfaat
1.      Manfaat bagi penulis adalah dapat memahami hubungan dan tugas-tugas pengelola sebuah Lembaga PAUD termasuk guru didalamnya  terhadap orang tua wali murid serta masyarakat sekitarnya.
2.      Agar tulisan ini dapat dikembangkan oleh pembaca sehingga pemahaman mengenai hubungan lembaga PAUD termasuk guru didalamnya dengan orang tua dan masyarakat dapat digali lebih mendalam serta dapat mewujudkan implementasinya di lapangan




BAB 2
MEMBINA HUBUNGAN POSITIF DENGAN ANAK, KELUARGA DAN KOLEGA
2.1 MEMBINA HUBUNGAN POSITIF DENGAN ANAK DIDIK
A.                     Sikap Terhadap Anak Didik
Dalam kode etik guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa : Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsif yang harus di pahami oleh seorang ufur dalam menjalankan tugasnya sehari – hari, yakni : Tujuan pendidikan nasional, prinsif membimbing dan prinsif pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dipaca dalam UU No. 2/1989 tentang pendidikan nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Prinsif yang lain adalah membimbing peserta didik bukan mengejar atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam system amongnya, Tiga kalimat padat yang terkenal dari system itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani.
Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik , dalam arti membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan kearah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Motto tut wuri handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari departemen Pendidikan Nasional RI.
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu tinggi tetapi bermoral tinggi pula. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh  pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, social maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan tantangan dalam kehidupan sebagai insane dewasa. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai obyek semata yang harus patuh kepada kehendak dan kemauan guru.
B.                      Upaya Guru Membina Hubungan Positif Dengan Anak Didik
Membangkitkan Motivasi
Pembelajaran efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan (M. Sobry Sutikno). Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.
1.                       Motivasi Intrinsik adalah jenis motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
2.                       Motivasi Ekstrinsikadalah jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1.                                                                                                                                                                                            Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.   
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
1.                       Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
2.                       Saingan atau kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
3.                       Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
4.                       Peringatan
Peringatan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses pembelajaran. Peringatan ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
5.                       Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
6.                       Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7.                       Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8.                       Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9.                       Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10.                   Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Dengan melihat situasi dan kondisi saat proses pembelajaran berlangsung, seorang guru boleh memilih item yang cocok digunakan. Karena bagaimanapun jika peserta didik berkurang bahkan hilang motivasinya dalam belajar, maka tujuan pendidikan sulit akan tercapai. Peran guru di zaman sekarang memang dituntut untuk selalu siaga memacu siswa agar tidak ketinggalan selangkahpun. Ya, begitulah guru yang sudah dinobatkan sebagai orang yang bertangan dingin, berhati lapang, siap untuk mengabdi untuk anak-anak bangsa, di mana dan kapan pun.
2.2 MEMBINA HUBUNGAN POSITIF DENGAN ORANG TUA MURID
A. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak
        Masa depan anak sesungguhnya ada ditangan kedua orang tuanya,
bila orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan buah hatinya niscaya masa depan anaknya akan jauh lebih baik. Pendidikan anak usia dini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan memperlihatkan aktivitas di rumah. Pendidikan usia dini merupakan masa terpenting dan mendasar dalam kehidupan manusia yang memegang kendali dalam perkembangan kehidupannya.
        Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga. Orang tua dalam pendidikan islam memiliki kewajiban dan tanpa ada yang memerintah langsung memikul tugas sebagai pendidik, baik yang bersifat pemelihara, pengasuh, pembimbing maupun sebagai guru dan mereka sebagai pemimpin bagi anak-anaknya. Perjalanan seorang anak menuju kedewasaan dipengaruhi oleh berbagai factor diantaranya factor alam dan lingkungan, oleh karena itu perlu adanya peran orang tua serta pihak lain seperti guru dan masyarakat untuk membantu proses tersebut agar kedewasaan seorang anak tidak terhambat.
        Orang tua dan guru juga perlu memahami arti kreativitas dan bagaimana penampilannya jika dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak dan mereka perlu memiliki keterampilan untuk membantu dan mendorong anak mengungkapkan daya kreatifnya, menyadari pentingnya kreativitas bagi anak dan bagi pendidik sendiri mampu menemukan kendali kreativitas pada anak dan membina mereka mengembangkan kesediaan dan keberanian untuk mewujudkan kreativitas mereka.
Perkembangan merupakan rangkaian proses perubahan kearah yang lebih maju dan lebih dewasa. Mengembangkan kreativitas sejak dini itu sangat penting bagi perkembangan anak karena ada beberapa perilaku yang mencerminkan perilaku kreativitas alamiah anak pra sekolah menjadi nyata seperti menjajaki lingkungannya, dan rasa ingin tahu mereka sangat besar. Oleh karena itu orang tua, guru dan masyarakat bertanggung jawab atas pemeliharaan, perhatian dan penyediaan lingkungan fisik dan social yang kondusif bagi perkembangan anak-anak.
B. Upaya Guru Membina Hubungan Positif Dengan Orang Tua Murid
Berkomunikasi dengan orangtua merupakan salah satu tanggungjawab pendidik. Demikian juga dengan orangtua, mereka perlu menjalin komunikasi dengan pendidik. Komunikasi timbal balik ini akan sangat efektif untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada anak usia dini.  Orangtua dan pendidik saling berbagi informasi baik mengenai program lembaga maupun tentang individual anak.  Orang tua dapat mengetahui program-program yang akan dan sedang dilaksanakan oleh lembaga. Di samping itu juga dapat memberi saran serta kritikan tentang pelaksanaan program – program  dan saling bekerja sama demi kemajuan lembaga tersebut.  Pendidik dapat menginformasikan dan berdiskusi tentang perkembangan anak selama mengikuti kegiatan di lembaga tersebut dan juga menggali informasi dari orangtua tentang berbagai hal mengenai anak tersebut.
        Kegiatan berkomunikasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Baik secara formal maupun informal, baik secara tertulis maupun lisan. Akan tetapi bukan hal yang mudah baik bagi pendidik maupun orangtua untuk menjalin komunikasi dua arah secara efektif. Ada banyak kendala baik dari pendidik maupun orangtua.
        Panduan ini memuat tentang strategi berkomunikasi antara pendidik dan orangtua melalui  papan informasi, buku komunikasi, buku profil lembaga, surat, home visit, dan pertemuan pendidik-orangtua.
a.      Tujuan keterlibatan orangtua dalam komunikasi dua arah ini yaitu:
1)      Menyampaikan informasi tentang kebijakan dan program kegiatan yang ada di lembaga.
2)      Menjalin kerjasama antara lembaga dan orangtua dalam melaksanakan      program lembaga
3)      Berdiskusi tentang perkembangan anak dan permasalahan yang dihadapi oleh masing – masing anak.
4)      Berbagi pengalaman dan gagasan dalam membelajarkan anak.
5)      Bertukar informasi mengenai perkembangan anak yang ada di lembaga dan di rumah.
6)      Memperoleh informasi yang membantu pemahaman mengenai berbagai aspek tentang kemajuan tumbuh kembang anak.
b.      Strategi berkomunikasi antara pendidik(pengelola Lembaga PAUD) dan orangtua melalui:
1)       Papan Informasi
        Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjalin komunikasi dua arah antara pendidik dan orang tua adalah pengadaan papan informasi. Papan informasi adalah papan yang ditempel di dinding atau dipasang di tempat strategis sehingga mudah diakses dan dibaca oleh orang tua maupun pendidik. Papan informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menempel berbagai pesan dari pendidik yang dimaksudkan untuk diketahui orang tua peserta didik maupun pesan dari orang tua peserta didik untuk diketahui oleh pendidik.
a)       Pesan-pesan yang dapat disampaikan pada papan informasi antara lain:
(1)   Pengumuman tentang jadwal pertemuan
        Jadwal pertemuan orang tua yang telah disepakati bersama dalam musyawarah antara orang tua dan pendidik dapat ditempel pada papan informasi sehingga mengingatkan kembali orang tua tentang jadwal yang telah disepakati
(2)   Selebaran berisi informasi tentang perkembagan dan pertumbuhan peserta didik.
(3)   hasil karya peserta didik untuk diapresiasi oleh orang tua
(4)   foto-foto kegiatan, baik kegiatan peserta didik, kegiatan pendidik maupun kegiatan orang tua
(5)   foto-foto peserta didik
(6)   jadwal pembelajaran peserta didik
(7)   instruksi untuk volunteer
(8)   hal-hal yang relevan dengan rencana kegiatan lembaga
        Informasi melalui papan informasi dapat merupakan pengulangan atau penguatan dari informasi yang dikirimkan melalui surat atau catatan-catatan yang ditulis melalui buku penghubung
b)     Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat papan informasi:
(1)   Menyiapkan lokasi yang strategis dan mudah diakses oleh orang tua dan pendidik
(2)   Menyiapkan papan informasi.
(3)   Menyiapkan bahan/materi.
(4)   Memasang dan menempel materi yang disiapkan
(5)   Menghias papan informasi
c)      Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan papan informasi:
(1)   Papan informasi, dapat berupa papan dari kayu, papan stereofoam, papan dinding, papan tulis dan papan kaca
(2)   Bahan informasi antara lain berupa tulisan pengumuman, informasi ilmiah tentang perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini, informasi-informasi umum tentang keterlibatan orang tua, gambar, foto-foto kegiatan, hasil karya anak, jadual kegiatan, jadual pertemuan orang tua-pendidik, rencana kegiatan, tulisan/ringkasan hasil pertemuan orang tua-pendidik
(3)   Lem untuk menempel dan menghias informasi dan gambar yang akan disampaikan berupa tulisan sehingga lebih menarik minat untuk membacanya.
(4)   Isolasi dan dobel isolasi untuk menempel gambar-gambar maupun informasi yang akan disampaikan
(5)   Kertas-kertas untuk menghias papan display, dapat berupa kertas asturo berwarna, kertas marmer dan kertas krep
(6)   Pines/paku payung dan push pin untuk menempelkan bahan/materi yang akan disampaika.
        Materi yang disampaikan pada papan informasi hendaknya secara rutin diperbaharui sehingga selalu berisi informasi-informasi yang relevan dengan perkembangan kegiatan anak maupun kegiatan orang tua. Pembaharuan materi pada papan informasi dapat dilakukan setiap dua minggu, setiap bulan atau sesuai kebutuhan.  Pembaharuan materi ini sangat penting untuk menarik perhatian  karena jika papan dipenuhi dengan informasi yang sudah lama atau terlihat acak-acakan, pihak orangtua tidak akan melihatnya.
        Pelaksanaan kegiatan ini dapat melibatkan orangtua. Orangtua yang tertarik menjadi volunteer dapat diikutsertakan untuk membantu memasang informasi dan menghiasnya. Di samping itu orangtua juga dapat dilibatkan untuk menyumbang hasil karyanya.
d)     Kiat penggunaan papan informasi
(1)   Rubahlah paling sedikit beberapa selebaran secara berkala
(2)   Ingatlah bahwa setiap orang senang melihat photo dan nama mereka serta anak-anaknya
(3)   Pampanglah hasil karya anak
(4)   Minta orang tua untuk berkontribusi pada pemasangan maupun pengisian materi di papan informasi
(5)   Tempelkan ucapan terimakasih bagi orang tua yang telah membantu suatu kegiatan
(6)   Kerjakan papan informasi secara bersama-sama, setidaknya dua orang. Hal ini untuk memudahkan pekerjaan dan memberi kegembiraan.
2)       Buku Profil Lembaga
        Buku Profil lembaga merupakan salah satu media komunikasi yang penting dalam membangun keterlibatan dan peran serta orang tua dalam program pendidikan anak usia dini. Buku Profil lembaga adalah buku yang memuat informasi-informasi umum tentang profil lembaga, meliputi:
a)       visi dan misi lembaga,  Visi adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu lembaga. Misi memuat langkah-langkah yang hendak dilakukan untuk mewujudkan tujuan/visi yang telah ditetapkan.
b)      program pembelajaran,
c)      jadwal kegiatan,
d)      daftar kelas,
e)      daftar peserta didik,   Berisi informasi tentang jumlah peserta didik, nama-nama peserta didik, usia/tempat tanggal lahir.
f)       daftar pendidik dan tenaga kependidikan, Berisi informasi tentang nama-nama pendidik dan tenaga kependidikan, pendidikan, pelatihan/seminar yang pernah diikuti oleh pendidik, pengalaman dalam bidang pendidikan anak usia dini dan infromasi-informasi lain yang mendukung terkait dengan tenaga pendidik dan kependidikan
g)      fasilitas yang dimiliki,
h)      tata tertib dan informasi lain yang bermanfaat untuk orang tua, Beirisi aturan-aturan yang harus ditaati oleh pihak-pihak yang terkait dengan lembaga, meliputi tata tertib untuk pendidik, tata tertib untuk anak dan tata tertib untuk orang tua.
Contoh Tata Tertib Orang Tua
a)      Berpakaian bebas dan sopan ketika mengantar anak
b)      Tidak berada di dalam ruangan ketika proses pembelajaran berlangsung
c)      Mengantar dan menunggu pada tempat yang telah disediakan
d)     Aktif menjalin komunikasi dengan pendidik tentang perkembangan anak, melalui buku penghubung
e)      Melengkapi administrasi sesuai waktu yang telah ditentukan
f)       Mengikuti setiap kegiatan yang direncanakan lembaga bersama orang tua
g)      Tidak merokok di dalam ruangan pembelajaran
h)      Mengantar dan menjemput anak tepat waktu
3)      Buku Komunikasi/Penghubung
        Buku komunikasi  adalah suatu media berbentuk  buku yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orangtua.Buku ini memuat catatan singkat yang menggambarkan keberhasilan yang spesifik, keterampilan atau perilaku baru serta saran-saran untuk kegiatan dirumah. Buku ini berfungsi untuk menjembatani komunikasi antara guru dan orang tua peserta didik, sehingga harus dapat diisi oleh kedua belah pihak. Pihak orang tua didorong untuk mengirimkan catatan-catatan penting kepada pendidik dan sebaliknya pendidik juga harus aktif mengirimkan catatan-catatan penting tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
         Pertukaran catatan dan tanggapan ini penting agar masing-masing pihak yaitu pendidik dan orang tua saling bekerjasama untuk mendorong kemajuan anak. Catatan-catatan dalam buku komunikasi dapat digunakan sebagai dasar bagi orang tua maupun pendidik untuk menentukan materi atau program yang sesuai dengan kebutuhan anak. Tindak lanjut dari catatan-catatan dalam buku komunikasi adalah berupa pertemuan langsung antara pendidik dan orang tua.
4)      Surat
        Surat adalah cara lain yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan orangtua. Komunikasi melalui surat dapat dilakukan secara rutin yaitu mingguan atau bulanan sehingga orangtua menerima informasi secara konsisten atau sesuai dengan kebutuhan. Topik surat bervariasi sesuai dengan kebutuhan, meliputi:
a)      Informasi tentang pertemuan orangtua-pendidik
(1)   Informasi  tentang  kegiatan lembaga
(2)   Permohonan bantuan atau bahan-bahan untuk suatu kegiatan
(3)   Permohonan bantuan untuk menjadi volunteer dalam suatu kegiatan
(4)   Ucapan terima kasih atas bantuannya sebagai volunteer
(5)   Laporan tentang suatu kegiatan yang sudah berlangsung
(6)   Saran-saran untuk keterampilan pengasuhan di rumah
(7)   dan sebagainya
5)      Home Visit
        Home visit merupakan kegiatan yang dilakukan pendidik dengan mengunjungi rumah orangtua peserta didik. Home visit ini memiliki makna penting untuk membangun hubungan yang solid antara pendidik dan orangtua. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada awal dan akhir tahun ajaran. Namun demikian home visit juga dapat dilakukan ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung ditahun tersebut.
a)      Tujuan home visit sebelum tahun ajaran baru atau sebelum pembelajaran dimulai, yaitu:pendidik dan calon peserta didik saling mengenal satu sama lain secara individual; pertama,Pendidik dan orangtua dapat sharing tentang program lembaga dan mendiskusikan harapan untuk anak mereka. Kedua,mendiskusikan tentang kebutuhan khusus dan minat anak, masalah kesehatan yang perlu diketahui pendidik. Ketiga,mendiskusikan juga tentang bagaimana orangtua dapat terlibat dalam program lembaga.
b)      Tujuan home visit pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung, yaitu:
                                                                                 (1)      untuk berbagi informasi tentang perkembangan/kemajuan anak serta permasalahan yang dihadapi.
                                                                                 (2)      Mengetahui kondisi anak jika selama beberapa hari tidak masuk sekolah.
                                                                                 (3)      Mendorong orangtua untuk terlibat dalam kegiatan di lembaga.
                                                                                 (4)      Mendorong orangtua memberikan pengasuhan yang tepat untuk anak.
c)      Home visit akan efektif jika pendidik merencanakan dan mempersiapkan secara baik. Berikut ini saran untuk melaksanakan home visit.
                                                                                 (1)      Persiapan
(a)    Buat jadual kunjungan yang tepat  dan kirimkan jadual tersebut ke orangtua agar orangtua mengetahui kapan kunjungan dan rentang waktunya.
(b)   Siapkan sarana, seperti kamera, nametag, album foto yang memuat aktivitas anak tahun sebelumnya.
(c)    Siapkan sesuatu yang dapat dipakai untuk membuka percakapan(berbagi informasi tentang anak dan yang dapat digunakan untuk kesempatan observasi). misalnya buku cerita, atau alat permainan yang dapat digunakan anak untuk bermain sementara pendidik berbicara dengan orangtua.
(d)   Bawa form informasi untuk orangtua yang memuat: nama dan nomor telepon, kalender sekolah (hari libur dan even spesial), info tentang makanan kecil jika orangtua akan menyediakannya, dan daftar aturan untuk merayakan ulangtahun dan membawa sesuatu untuk dibagi di sekolah.
                                                                                 (2)      Pelaksanaan
(a)    Datang tepat waktu sesuai kesepakatan.
(b)   Sampaikan tujuan kunjungan dan berapa lama akan dilakukan.
(c)    mulailah selalu dengan mendiskusikan hal-hal yang positif, meskipun tujuan kunjungan mungkin untuk mendiskusikan suatu masalah.
(d)   Jangan mendominasi pembicaraan. Berikan waktu bagi keluarga untuk pendapat mereka, anak mereka serta hal-hal lain yang menjadi perhatian dan minat mereka.
(e)    Jangan membicarakan anak didepannya kecuali memberikan pujian yang tulus dan umpan balik yang positif.
(f)    Jadilah tamu yang menyenangkan. Jika orangtua menawarkan sesuatu untuk dimakan atau diminum, terima dengan sopan.
(g)   Jangan membuat penilaian tentang lingkungan rumah meskipun lingkungan fisik rumah tidak sesuai bayangan sebuah rumah yang tepat untuk perkembangan dan pertumbuhan anak.
        Jika pendidik tidak sanggup untuk mengunjungi dua atau tiga orangtua di rumah, dia dapat mengundang mereka dalam pertemuan khusus di lembaga. Beberapa orangtua mungkin lebih suka diundang dalam pertemuan dalam kelompok kecil. Jika orangtua tidak dapat datang ke lembaga dan pendidik tidak dapat berkunjung ke rumah, maka pendidik dapat mengundang mereka untuk bertemu di tempat lain sesuai kesepakatan. Pertemuan di tempat yang netral mungkin membantu orangtua merasa nyaman. Jika tidak mungkin, pendidik dapat mencoba kontak melalui telepon, atau surat
6)       Pertemuan Orangtua dengan Pendidik(pengelola Lembaga)
Pertemuan pendidik dan orangtua merupakan salah satu kegiatan yang dapat mendorong komunikasi antara mereka. Kegiatan ini dapat dijadualkan secara rutin sesuai kebutuhan lembaga.
a)      Tujuan pertemuan orangtua-pendidik
Pertemuan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut.
(1)   penjelasan tentang program lembaga
(2)   diskusi tentang perkembangan anak
(3)   diskusi tentang cara mendidik anak, nutrisi, kesehatan, dan topik lain yang relevan dengan kebutuhan untuk pendidikan anak usia dini.
Masing-masing tujuan sebaiknya dilakukan dalam pertemuan yang berbeda sehingga kegiatan tersebut fokus dan waktu pertemuan tidak terlalu lama.
b)      Strategi pelaksanaan
(1)   Persiapan
(a)    Identifikasi waktu luang orangtua. Hal ini dimaksudkan agar ketika pertemuan diadakan, orangtua dapat menghadirinya. Kirimkan form identifikasi untuk diisi orangtua yang memuat identitas serta kemungkinan waktu luang yang dimilikinya.
(b)   Menetapkan tujuan pertemuan berdasarkan identifikasi kebutuhan.
(c)    Menetapkan waktu pertemuan. Penetapan tujuan pertemuan dimaksudkan agar kegiatan dapat fokus sehingga dapat memanfaatkan waktu secara efektif.Sedangkan waktu pertemuan ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi waktu luang yang dimiliki orangtua.
(d)    Buat undangan untuk orangtua maksimal satu minggu sebelumnya dan konfirmasi kehadiran mereka dalam pertemuan sehari sebelumnya.
(e)    Rencanakan juga kegiatan pengasuhan untuk anak jika orangtua membawa anak-anak mereka.
(f)    Jika kegiatan membutuhkan narasumber selain pendidik, maka perlu membuat undangan untuk narasumber dan mengkonfirmasi kesanggupannya.
(g)   Mengirimkan undangan ke orangtua
(h)    menyiapkan bahan/materi pertemuan
(i)      menyiapkan konsumsi dan dokumentasi
(2)   Pelaksanaan
Berikut ini beberapa saran yang dapat digunakan untuk melaksanakan pertemuan orangtua-pendidik.
(a)    setting ruangan pertemuan
(b)   Mulai pertemuan tepat waktu
(c)    Pelaksanaan pertemuan dengan susunan acara sebagai berikut:
         Pembukaan
         Perkenalan
         Menyampaikan tujuan pertemuan
         Kegiatan inti :
-          penjelasan program lembaga/perkembangan anak/paparan tentang topik tertentu yang berkaitan dengan pendidikan dan pengasuhan anak.
-          Diskusi/tanya jawab
-          Penutup
(d)   ulangi tujuan pertemuan
(e)    buat kesimpulan hasil pertemuan
         Diskusikan hasil pertemuan dengan sesama pendidik dan buat rencana untuk menindaklanjuti hasil pertemuan tersebut.
         Kirimkan surat  ucapan terima kasih kepada orangtua atas kehadirannya dalam pertemuan.
7)      Mempererat komunikasi pendidik-orang tua secara informal
        Komunikasi yang sudah terbangun antara pendidik-orang tua perlu senantiasa dipererat. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk tujuan tersebut. Strategi komunikasi yang sudah disebutkan di atas adalah upaya membangun komunikasi secara formal dan terencana secara sistematis. Berikut ini adalah upaya mempererat komunikasi pendidik-orang tua secara informal dan tidak memerlukan perencanaan khusus.
a)      Waktu orang tua mengantar dan menjemput anak
b)      Menggunakan telephon
c)      Bertemu di luar lingkungan lembaga PAUD
d)     Melakukan kegiatan parenting
(1)   Manfaat parenting
        Kegiatan parenting akan menjadi suatu wadah yang dapat memberikan keuntungan pada semua pihak, baik kepada orang tua, kelompok bermain, maupun pemerintah. Ada beberapa manfaat dalam pelaksanaan parenting adalah : pertama,terjalinnya mitra kerja lintas sektor, misalnya dari pengusaha-pengusaha yang berkaitan dengan produk yang berkaitan dengan kebutuhan tumbuh kembang anak, instansi pemerintah, penerbit buku, dan lain-lain, Kedua, terpenuhinya kebutuhan hak-hak anak. Ketiga, berkembangnya rasa percaya diri orangtua dalam mendidik anak, Keempat terjalinnya hubungan yang harmonis pada masing-masing anggota keluarga sesuai dengan tugasnya masing-masing,  Kelima, terciptanya hubungan antar keluarga di lingkungan masyarakat sekitar lembaga pendidikan, dan   Keenam, terjalinnya mitra kerja antar sesama anggotaparenting.
(2)   Langkah-langkah kegiatan parenting
        Dalam melaksanakan parenting langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh kelompok bermain adalah : pertama, adanya  komitmen bersama antara pengelola dan orangtua pada saat mendaftarkan putra-putrinya di kelompok bermain,  kedua,menyiapkan penanggungjawab kegiatan parenting atau kepengurusan pada kelompok bermain,  ketiga, mengidentifikasi kebutuhan informasi (isu-isu penting seputar pendidikan dan tumbuh kembang anak) yang ingin diketahui oleh orangtua, keempat,  menyusun program-program kegiatan yang akan dilakukan untuk kegiatan parenting, dan  kelima, menyusun jadwal kegiatan sekaligus menentukan narasumber atau sponsor, misalnya, kegiatan dapat dilakukan seminggu sekali, sebulan sekali, atau memanfaatkan hari-hari libur nasional, tergantung kebutuhan.

(3)   Bentuk-bentuk kegiatan parenting
        Kegiatan parenting akan lebih bermakna jika kelompok bermain dapat menyusun suatu kegiatan parenting sehingga “kumpul-kumpul orangtua” mempunyai makna. Bentuk bentuk kegiatan parenting yang dapat dilakukan  antara lain:
(a)   Think-thank, yaitu sumbang saran yaitu mengeluarkan pendapat dan diskusi tentang pembelajaran yang paling tepat bagi anak usia dini misalnya pembelajaran tematik,  setiap anggota dapat menyampaikan gagasan-gagasan atau permasalahan-permasalahan yang ada sekaligus melakukan pembahasannya.
(b)   Arisan Bicara, yaitu setiap anggota, secara undian bergilir menjadi pembicara untuk menyampaikan gagasan sesuai topik yang telah ditentukan.
(c)    Seminar, mengundang narasumber dan sponsor
(d)   Praktek ketrampilan, misalnya membuat alat permainan edukatif, memasak makanan bergizi untuk anak, dan sebagainya.
(e)    Outbond, yakni kegiatan di luar ruangan yang dilakukan secara bersama-sama oleh semua anggota keluarga, yang disisipkan kegiatan diskusi atau praktek permainan-permainan yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga secara bersama-sama.
(f)     Kunjungan Lapangan, yaitu kegiatan kunjungan ke tempat–tempat khusus yang bersifat mendidik, misalnya ke museum, perpustakaan umum, panti asuhan, panti jompo, ke kebun atau pertanian, dan sebagainya.[1]   







  2.3  MEMBINA HUBUNGAN POSITIF DENGAN KOLEGA

Dalam hubungan guru dengan rekan sejawat ada beberapa hal yang harus dilakukan, menghendaki supaya guru menjalankan kewajiban kewajibannya sebagai berikut :
1.                       Membantu dalan menentukan dan menjalankan kebijakan kebijakan sekolah
2.                       Membantu teman temannya dengan nasihat nasihat yang konstruktif dan pikiran pikiran yang membantu .
3.                       Menghargai dengan ikhlas bantuan yang diterima dan kemajuan kemajuan yang dicapai
4.                       Membantu teman teman untuk memperoleh promosi yang patut didapat.
5.                       Menjauhkan diri dari campur tangan, perkara perkara antara guru guru dan murid murid kecuali jika kedudukannya yang resmi mengharuskan.
6.                       Mrnjauhkan ocehan atau kecaman yang bersifat menentang tentang guru guru lain.
7.                       Berbicara secara konstruktif tentang guru guru lain, akan tetapi melaporkan secara jujuur kepada pejabat pejabat yang berwenang dalam perkara perkara yang  menyangkut kesejahteraan murid murid, sekolah dan jabatan
8.                       Menggabungkan diri dengan aktif dalam organisasi organisasi guru
Sikap Terhadap Teman Sejawat
Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa : Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social.” Ini berarti bahwa : (1) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama  guru dalam lingkungannjanya, dan (2) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan social didalam dan diluar lingkungan kerjanya.
   Dalam hal ini Kode Etik guru Indonesia menunjukan kepada kita betapa pentingnya hubungan yang harmonis perilaku diciptakan dengan mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara sesame anggota profesi. Hubungan sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan hubungan kekluargaan.
Hubungan formal ialah hubunga yang perlu dilakukan dalam rangka melakukan tugas kedinasan.
Sedangkan hubungan kekeluargaan ialah hubungan persaudaraan yang perlu dilakukan, baik dalam lingkungan kerja maupj dalam hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan  misalnya sebagai pendidik bangsa.
1.                       Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja
Seperti diketahui, dalam lingkungan sekolah  terdapat seorang kepala sekolah dan beberapa orang guru ditambah dengan beberapa ornag personel sekolah lainnya sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut. Berhasil tidaknya sekolah  membawakan misinya  akan banyak bergatung kepada semua manusia yang terlibat didalamnya. Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi sebagai mestinya, mutlak adanya hubungan yang baik diantara sesama personel yaitu hubungan baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan kepala sekolah ataupun guru dengan semua personel sekolah lainnya. Semua personel sekolah ini harus dapat menciptakan hubungan baik dengan anak didik di sekolah tersebut.
   Sikap profesional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap ingin bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian , dan tanggung jawab. Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan serta menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain (Hermawan, 1979). Dalam suatu pergaulan hidup, bagaimanapun kecilnya  jumlah manusia, akan terdapat perbedaan- perbedaan pikiran, perasaan, kemauan, sikap, watak, dan lain sebagainya. Sekalipun demikian hubungan tersebut dapat berjalan lancer, tenteram, dan harmonis, jika diantara mereka tumbuh sikap saling pengertian dan tenggang rasa antara satu dengan lainnya.
   Adapun kebiasaan kita pada umumnya, untuk kadang- kadang bersikap kurang sungguh- sungguh dan kurang bijaksana, sehimgga hal ini menimbulkan keretakan diantara sesama kita. Hal ini tidak boleh terjadi  karena kalau diketahui murid ataupun orang tua murid, apalagi masyarakat luas, mereka akan resah dan tidak percayam kepada sekolah. Hal ini juga dapat mendatangkan pengaruh yang negative kapada anak didik. Oleh sebab itu, agar jangan terjadi keadaan yang berlarut larut, kita perlu saling memaaf- maafkan dan memupuk suasana kekeluargaan yang akrab antara sesama guru dan aparatur di sekolah.
2.                       Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan
Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah dokter yang diucapkan pada upacara pelantikan dokter baru, antara lain terdapat kalimat yang menyatakan bahwa setiap dokter akan memperlakukan teman sejawatnya sebagai saudara kandung. Dengan ucapan ini para dokter menganggap profesi mereka sebagai suatu keluargayang harus dijunjung tinggi dan dimuliakan. 
   Sebagai saudara tua mereka berkewajiban saling mengoreksi dan saling menegur, jika terdapat kesalahan- kesalahan atau penyimpangan yang dapat merugikan profesinya. Meskipun dalam prakteknya besar kemungkinan tidak semua anggota profesi dokter itu melaksanakan apa yang diucapkan dalam sumpahnya, tetapi setidak- tidaknya sudah ada norma- norma yang mengatur dan mengawasi penampilan profesi itu.
   Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan? Dalam hal ini kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan maasih memerlukan pembinaan yang sungguh- sungguh. Rasa persaudaraan seperti tersebut, bagi kita masih perlu ditumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat bahwa hubungan guru dengan teman sejawatnya berlangsung seperti hal nya dengan profesi kedokteran.
Uraian ini dimaksudkan sebagai perbandingan untuk dijadikan bahan dalam meningkatkan hubungan guru dengan guru sebagai anggota profesi keguruan dalam hubungan keseluruhan.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Jenis-jenis kebutuhan kolaborasi secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu kolaborasi formal dan informal.Kolaborasi secara formal adalah Kolaborasi yang diadakan di lingkungan sekolah, sedangkan kolaborasi informal adalah Kegiatan yang tidak terprogram selain formal dan in formal kolaborasi juga diperlukan antar guru denga guru, antar guru dan sekolah dan antar orang tua dengan sekolah.Dan jenis-jenis kebutuhan kolaborasi antara guru dan orang tua dapat berupa konferensi orang tua, pertemuan guru dan orang tua secara pribadi, home visit, mengadakan surat menyurat antar sekolah dan orang tua, mengadakan perayaan, pesta atau pameran karya anak , serta mendirikan perkumpulan orang tua dan guru, dan case conference.

3.2 Kata Penutup
            Demikianlah makalah yang membahas jenis-jenis kebutuhan kolaborasi dan jenis-jenis kebutuhan kolaborasi  antara guru dan orang tua, semoga dapat memberikan manfaat.Dan kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan atau yang lainnya dalam makalah ini.









DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Reni & Hawadi.2001.Psikologi Perkembangan Anak.Jakarta:Grassindo
Indra Roni.2011.Sukses Sebelum Lulus Kuliah.Bandung:Master publishing
Suyanto,Slamet.2005.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta.Kemendiknas
Nurhafiza.2011.MK Kolaborasi Orang Tua dan Pendidikan Anak Usia Dini.Padang.UNP
Hasbullah.2005.Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.Jakarta.Rajawali Pers
Jaipul L. Roopnarine, James E. Jhonson. 2011.Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Berbagai Pedekatan.Prenada Media Grup: Jakarta
 Sardiman A.M.2009.Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar.PT.raja Grafindo Persada:Jakarta
Forrerst W.Parkay Beverly hardcastle Stanford.2008.Menjadi Seorang Guru.PT Indeks:Jakarta




LAMPIRAN
LAMPIRAN



2 komentar:

  1. Dipembahasan tidak ada innotnya, tolong berikan contoh yg ininot

    BalasHapus
  2. Dipembahasan tidak ada innotnya, tolong berikan contoh yg ininot

    BalasHapus