KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan pada yang
maha kuasa yang telah memberikan berkat serta karunianya kepada saya, sehingga saya berhasil menyelesaikan
tugas yang berjudul ” Upaya
Guru Membina Hubungan Positif Dengan Anak, Keluarga dan Kolega“ yang tepat pada waktunya sebagai tugas mata
kuliah. “Metode Pengembangan Moral dan Nilai”.
Kami mengucapkan
terimakasih kepada Dosen, karena atas
bimbingan beliau maka kami
dapat mengetahui dan mengerti bagaimana cara mengerjakan makalah yang baik dan benar.
Makalah ini berisikan tentang pengertian, penjelasan serta pemaparan. Dalam
penyusunan tugas
ini, Saya mendapat banyak
kesulitan karena kurangnya sumber serta fasilitas untuk penyusunan tugas ini, tetapi itu semua saya jadikan tantangan untuk
dapat bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas ini. Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam penyusunan tugas ini dari awal sampai
akhir. Oleh karena itu, sebelum dan sesudahnya saya ucapakan terimakasih.
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar------------------------------------------------------------------------1
Daftar Isi
------------------------------------------------------------------------------2
BAB I PENDAHULUAN
----------------------------------------------------------3
1.1 Latar
Belakang-------------------------------------------------------------------3
1.2 Ruang
Lingkup-------------------------------------------------------------------5
1.3 Tujuan
----------------------------------------------------------------------------5
1.4
Manfaat---------------------------------------------------------------------------5
BAB II PEMBAHASAN
-----------------------------------------------------------6
2.1 Membina
Hubungan Positif Dengan Anak Didik---------------------------6
a. Sikap
Terhadap Anak Didik -----------------------------------------------------6
b.
Upaya Guru Meningkatkan Hubungan Positif Dengan Anak Didik--------7
2.2 Membina
Hubungan Positif Dengan Orang Tua Murid --------------------8
a. Peran
Orang Tua Dalam Pendidikan Anak-----------------------------------10
b. Upaya
Guru Meningkatkan Hubungan Dengan Orangtua Murid ---------11
2.3 Membina
Hubungan Positif Dengan Kolega---------------------------------9
a. Sikap
Terhadap Teman Sejawat -----------------------------------------------24
b. Hubungan
Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja ---------------------------25
c.
Hubungan Guru Secara Keseluruhan------------------------------------------26
BAB III PENUTUP ---------------------------------------------------------------28
Kesimpulan
-------------------------------------------------------------------------28
Saran
---------------------------------------------------------------------------------28
Daftar
Pustaka ----------------------------------------------------------------------29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masih
banyak kenyataan yang terjadi di masyarakat adanya orangtua yang masih
mempunyai pola pikir bahwa pendidikan itu sepenuhnya tanggungjawab pihak
lembaga pendidikan saja. Seringkali orangtua menumpu harapan terlalu tinggi
pada lembaga pendidikan, sehingga banyak orangtua yang berani membayar mahal
biaya pendidikan anaknya. Di sisi lain, tidak sedikit orangtua yang menuntut
lembaga pendidikan harus berbuat seperti yang dikehendaki dan kecewa jika hasil
pendidikan di lembaga tersebut tidak sesuai dengan harapannya. Fenomena keliru
ini harus segera diluruskan agar tanggungjawab tinggi muncul dalam keluarga
sehingga keluarga, khususnya ibu dan ayah juga berperan sebagai pendidik di
rumah.
Dalam
Teori ekologi Bronfenbrenner (1979) menjelaskan mengenai perkembangan anak yang
dipengaruhi oleh sistem interaksi yang kompleks dengan berbagai tingkatan
lingkungan sekitarnya yang mencakup interaksi yang saling berhubungan antara di
dalam dan di luar rumah, sekolah dan tetangga(masyarakat) dari kehidupan anak
setiap hari dalam kurun waktu yang sangat lama. Interaksi ini menjadi motor
atau penggerak perkembangan anak yang merupakan pusat dari lingkaran,
dikelilingi oleh berbagai sistem interaksi yang terdiri dari sistem mikro,
sistem meso, sistem exo dan sistem makro.
Sistem
Mikro adalah lingkaran yang paling dekat dengan anak yang meliputi kegiatan dan
pola interaksi langsung dari anak dengan lingkungan terdekatnya seperti
interaksi dengan orangtua, kakak dan adik kandungnya, sekolah, serta teman
sebaya. Hubungan dua arah yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup
panjang dan intensif di lingkungan terdekat ini mempunyai dampak terbesar dan
mendalam pada perkembangan anak.
Sistem
Meso adalah lingkaran interaksi dan kesesuaian hubungan antar komponen dalam
sistem mikro anak yang sangat mempengaruhi perkembangan anak seperti hubungan
antara rumah dan sekolah. Orang tua yang tidak terdidik dan tidak menghargai
pentingnya pendidikan dan hubungan dengan lembaga kelompok bermain/sekolah, dan
yang tidak berbicara dengan bahasa yang digunakan di sekolah anak, akan
menyebabkan anak mengalami banyak masalah dalam menerapkan pembiasaan di
kelompok bermain dan juga dalam melejitkan potensi kecerdasan jamak anak usia
dini. Sebaliknya bila hubungan antar komponen tersebut serasi dan kuat,
menyebabkan anak memiliki kemampuan akademik yang baik. Prinsip utama dari
sistem meso adalah semakin kuat dan saling mengisi interaksi antar komponen
dalam sistem meso, semakin besar pengaruh dan hasilnya pada perkembangan anak.
Sistem
Exo merupakan lingkaran dalam sistem sosial yang lebih besar dan tidak berperan
secara langsung terhadap anak, dan anak juga tidak langsung berperan di
dalamnya, tetapi interaksi komponen dalam sistem ini seperti dalam bentuk
keputusan pada tataran lembaga yang mempunyai hubungan dengan anak, berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Keputusan-keputusan dari tempat kerja orang tua,
komite sekolah, atau lembaga perencanaan adalah contoh dari sistem exo yang
dapat mempengaruhi anak baik positif maupun negatif meskipun anak tidak
langsung terlibat dalam lembaga-lembaga tersebut. Contoh lain adalah kekejaman
orang dewasa yang terjadi di lingkungan tempat tinggal anak dapat berpengaruh
pada kesulitan anak untuk tidur.
Sistem
Makro merupakan lingkaran terluar dari lingkungan anak yang terdiri dari
nilai-nilai budaya, hukum dan peraturan perundangan, adat kebiasaan, kebijakan
sosial dan lain sebagainya. Seluruh komponen dari sistem ini juga berpengaruh
terhadap perkembangan.
Untuk
menjawab fenomena ini banyak cara yang dapat dilakukan salah satunya
yaitu bentuk kegiatan informal yang dilakukan oleh
pengelola lembaga PAUD untuk menyelaraskan kegiatan-kegiatan pengasuhan
dan pendidikan anak antara di sekolah dan di
rumah.Kegiatan ini ditujukan
kepada para orangtua, pengasuh, dan anggota keluarga lain yang berperan secara
langsung dalam proses perkembangan anak. Kegiatan (pertemuan orangtua)
saat ini dirasakan sangat diperlukan mengingat pentingnya pendidikan sedini
mungkin.
B. Ruang Lingkup
1. Hubungan Guru dengan anak
didik
2. Hubungan Guru dengan orang tua
murid
3. Hubungan Guru dengan kolega
C. Tujuan
1. Tujuan
pembahasan ini adalah untuk mengkaji hubungan Guru dengan anak didik
2. Memahami
hubungan antara Guru dengan Orang tua murid
3. Memahami
hubungan antara Guru dengan kolega
D. Manfaat
1. Manfaat
bagi penulis adalah dapat memahami hubungan dan tugas-tugas pengelola sebuah
Lembaga PAUD termasuk guru didalamnya terhadap orang tua wali murid serta masyarakat
sekitarnya.
2. Agar
tulisan ini dapat dikembangkan oleh pembaca sehingga pemahaman mengenai
hubungan lembaga PAUD termasuk guru didalamnya dengan orang tua dan masyarakat
dapat digali lebih mendalam serta dapat mewujudkan implementasinya di lapangan
BAB
2
MEMBINA
HUBUNGAN POSITIF DENGAN ANAK, KELUARGA DAN KOLEGA
2.1 MEMBINA HUBUNGAN
POSITIF DENGAN ANAK DIDIK
A.
Sikap
Terhadap Anak Didik
Dalam kode etik guru
Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa : Guru berbakti membimbing peserta
didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dasar
ini mengandung beberapa prinsif yang harus di pahami oleh seorang ufur dalam menjalankan
tugasnya sehari – hari, yakni : Tujuan pendidikan nasional, prinsif membimbing
dan prinsif pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Tujuan pendidikan
nasional dengan jelas dapat dipaca dalam UU No. 2/1989 tentang pendidikan
nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
Prinsif yang lain adalah membimbing peserta didik bukan mengejar atau mendidik
saja. Pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara
dalam system amongnya, Tiga kalimat padat yang terkenal dari system itu adalah
ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani.
Ketiga kalimat itu
mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat
memberikan pengaruh dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
Dalam tut wuri
terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya
sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru mempengaruhi
peserta didik , dalam arti membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian
membimbing mengandung arti bersikap menentukan kearah pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta
didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Motto tut wuri
handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari departemen Pendidikan
Nasional RI.
Prinsip manusia
seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat,
utuh, baik jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu tinggi tetapi bermoral
tinggi pula. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan
pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan
perkembangan seluruh pribadi peserta
didik, baik jasmani, rohani, social maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat
pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi
manusia yang mampu menghadapi tantangan tantangan dalam kehidupan sebagai
insane dewasa. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai obyek semata yang
harus patuh kepada kehendak dan kemauan guru.
B.
Upaya
Guru Membina Hubungan Positif Dengan Anak Didik
Membangkitkan Motivasi
Pembelajaran efektif, bukan membuat
Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
mudah dan menyenangkan (M. Sobry Sutikno). Motivasi berpangkal dari kata motif yang
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan
motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Menurut Mc.
Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga
elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya
terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan
dirangsang karena adanya tujuan. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam
kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah
kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan
belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi
ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.
1.
Motivasi
Intrinsik adalah jenis motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri
tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
2.
Motivasi
Ekstrinsikadalah jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan
materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam
diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian
biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin
tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai
gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan
perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya,
maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak
diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik
sehingga ia mau melakukan belajar. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan
oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1.
Menjelaskan
tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar
seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan
Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka
makin besar pula motivasi dalam belajar.
1.
Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang
berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat
lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa
mengejar siswa yang berprestasi.
2.
Saingan
atau kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan
di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
3.
Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang
berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang
bersifat membangun.
4.
Peringatan
Peringatan diberikan kepada siswa
yang berbuat kesalahan saat proses pembelajaran. Peringatan ini diberikan
dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu
motivasi belajarnya.
5.
Membangkitkan
dorongan kepada anak didik untuk belajar
6.
Strateginya
adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7.
Membentuk
kebiasaan belajar yang baik
8.
Membantu
kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9.
Menggunakan
metode yang bervariasi, dan
10.
Menggunakan
media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Dengan melihat situasi dan kondisi
saat proses pembelajaran berlangsung, seorang guru boleh memilih item yang
cocok digunakan. Karena bagaimanapun jika peserta didik berkurang bahkan hilang
motivasinya dalam belajar, maka tujuan pendidikan sulit akan tercapai. Peran
guru di zaman sekarang memang dituntut untuk selalu siaga memacu siswa agar
tidak ketinggalan selangkahpun. Ya, begitulah guru yang sudah
dinobatkan sebagai orang yang bertangan dingin, berhati lapang, siap untuk
mengabdi untuk anak-anak bangsa, di mana dan kapan pun.
2.2 MEMBINA HUBUNGAN POSITIF DENGAN ORANG TUA MURID
A. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan
Anak
Masa
depan anak sesungguhnya ada ditangan kedua orang tuanya,
bila orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan buah hatinya niscaya masa depan anaknya akan jauh lebih baik. Pendidikan anak usia dini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan memperlihatkan aktivitas di rumah. Pendidikan usia dini merupakan masa terpenting dan mendasar dalam kehidupan manusia yang memegang kendali dalam perkembangan kehidupannya.
bila orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan buah hatinya niscaya masa depan anaknya akan jauh lebih baik. Pendidikan anak usia dini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan memperlihatkan aktivitas di rumah. Pendidikan usia dini merupakan masa terpenting dan mendasar dalam kehidupan manusia yang memegang kendali dalam perkembangan kehidupannya.
Anak
lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga. Orang tua
dalam pendidikan islam memiliki kewajiban dan tanpa ada yang memerintah
langsung memikul tugas sebagai pendidik, baik yang bersifat pemelihara,
pengasuh, pembimbing maupun sebagai guru dan mereka sebagai pemimpin bagi
anak-anaknya. Perjalanan seorang anak menuju kedewasaan dipengaruhi oleh
berbagai factor diantaranya factor alam dan lingkungan, oleh karena itu perlu
adanya peran orang tua serta pihak lain seperti guru dan masyarakat untuk membantu
proses tersebut agar kedewasaan seorang anak tidak terhambat.
Orang
tua dan guru juga perlu memahami arti kreativitas dan bagaimana penampilannya
jika dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak dan mereka perlu memiliki
keterampilan untuk membantu dan mendorong anak mengungkapkan daya kreatifnya,
menyadari pentingnya kreativitas bagi anak dan bagi pendidik sendiri mampu
menemukan kendali kreativitas pada anak dan membina mereka mengembangkan
kesediaan dan keberanian untuk mewujudkan kreativitas mereka.
Perkembangan merupakan rangkaian proses perubahan kearah yang lebih maju dan lebih dewasa. Mengembangkan kreativitas sejak dini itu sangat penting bagi perkembangan anak karena ada beberapa perilaku yang mencerminkan perilaku kreativitas alamiah anak pra sekolah menjadi nyata seperti menjajaki lingkungannya, dan rasa ingin tahu mereka sangat besar. Oleh karena itu orang tua, guru dan masyarakat bertanggung jawab atas pemeliharaan, perhatian dan penyediaan lingkungan fisik dan social yang kondusif bagi perkembangan anak-anak.
Perkembangan merupakan rangkaian proses perubahan kearah yang lebih maju dan lebih dewasa. Mengembangkan kreativitas sejak dini itu sangat penting bagi perkembangan anak karena ada beberapa perilaku yang mencerminkan perilaku kreativitas alamiah anak pra sekolah menjadi nyata seperti menjajaki lingkungannya, dan rasa ingin tahu mereka sangat besar. Oleh karena itu orang tua, guru dan masyarakat bertanggung jawab atas pemeliharaan, perhatian dan penyediaan lingkungan fisik dan social yang kondusif bagi perkembangan anak-anak.
B.
Upaya Guru Membina Hubungan Positif Dengan Orang Tua Murid
Berkomunikasi dengan orangtua
merupakan salah satu tanggungjawab pendidik. Demikian juga dengan orangtua,
mereka perlu menjalin komunikasi dengan pendidik. Komunikasi timbal balik ini
akan sangat efektif untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada anak usia
dini. Orangtua dan pendidik saling berbagi informasi baik mengenai
program lembaga maupun tentang individual anak. Orang tua dapat
mengetahui program-program yang akan dan sedang dilaksanakan oleh lembaga. Di
samping itu juga dapat memberi saran serta kritikan tentang pelaksanaan program
– program dan saling bekerja sama demi kemajuan lembaga tersebut.
Pendidik dapat menginformasikan dan berdiskusi tentang perkembangan anak selama
mengikuti kegiatan di lembaga tersebut dan juga menggali informasi dari
orangtua tentang berbagai hal mengenai anak tersebut.
Kegiatan
berkomunikasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Baik secara formal
maupun informal, baik secara tertulis maupun lisan. Akan tetapi bukan hal yang
mudah baik bagi pendidik maupun orangtua untuk menjalin komunikasi dua arah
secara efektif. Ada banyak kendala baik dari pendidik maupun orangtua.
Panduan
ini memuat tentang strategi berkomunikasi antara pendidik dan orangtua melalui
papan informasi, buku komunikasi, buku profil lembaga, surat, home visit,
dan pertemuan pendidik-orangtua.
a. Tujuan
keterlibatan orangtua dalam komunikasi dua arah ini yaitu:
1) Menyampaikan
informasi tentang kebijakan dan program kegiatan yang ada di lembaga.
2) Menjalin
kerjasama antara lembaga dan orangtua dalam
melaksanakan program lembaga
3) Berdiskusi
tentang perkembangan anak dan permasalahan yang dihadapi oleh masing – masing
anak.
4) Berbagi
pengalaman dan gagasan dalam membelajarkan anak.
5) Bertukar
informasi mengenai perkembangan anak yang ada di lembaga dan di rumah.
6) Memperoleh
informasi yang membantu pemahaman mengenai berbagai aspek tentang kemajuan
tumbuh kembang anak.
b. Strategi
berkomunikasi antara pendidik(pengelola Lembaga PAUD) dan orangtua melalui:
1) Papan Informasi
Salah satu cara yang dapat ditempuh
untuk menjalin komunikasi dua arah antara pendidik dan orang tua adalah
pengadaan papan informasi. Papan informasi adalah papan yang ditempel di
dinding atau dipasang di tempat strategis sehingga mudah diakses dan dibaca
oleh orang tua maupun pendidik. Papan informasi tersebut dapat dimanfaatkan
untuk menempel berbagai pesan dari pendidik yang dimaksudkan untuk diketahui
orang tua peserta didik maupun pesan dari orang tua peserta didik untuk
diketahui oleh pendidik.
a) Pesan-pesan
yang dapat disampaikan pada papan informasi antara lain:
(1) Pengumuman
tentang jadwal pertemuan
Jadwal
pertemuan orang tua yang telah disepakati bersama dalam musyawarah antara orang
tua dan pendidik dapat ditempel pada papan informasi sehingga mengingatkan
kembali orang tua tentang jadwal yang telah disepakati
(2) Selebaran berisi
informasi tentang perkembagan dan pertumbuhan peserta didik.
(3) hasil karya
peserta didik untuk diapresiasi oleh orang tua
(4) foto-foto
kegiatan, baik kegiatan peserta didik, kegiatan pendidik maupun kegiatan orang
tua
(5) foto-foto
peserta didik
(6) jadwal
pembelajaran peserta didik
(7) instruksi untuk
volunteer
(8) hal-hal yang
relevan dengan rencana kegiatan lembaga
Informasi melalui papan informasi
dapat merupakan pengulangan atau penguatan dari informasi yang dikirimkan melalui
surat atau catatan-catatan yang ditulis melalui buku penghubung
b) Langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk membuat papan informasi:
(1) Menyiapkan
lokasi yang strategis dan mudah diakses oleh orang tua dan pendidik
(2) Menyiapkan
papan informasi.
(3) Menyiapkan
bahan/materi.
(4) Memasang dan
menempel materi yang disiapkan
(5) Menghias papan
informasi
c) Bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk pembuatan papan informasi:
(1) Papan
informasi, dapat berupa papan dari kayu, papan stereofoam, papan dinding, papan
tulis dan papan kaca
(2) Bahan informasi
antara lain berupa tulisan pengumuman, informasi ilmiah tentang perkembangan
dan pertumbuhan anak usia dini, informasi-informasi umum tentang keterlibatan
orang tua, gambar, foto-foto kegiatan, hasil karya anak, jadual kegiatan,
jadual pertemuan orang tua-pendidik, rencana kegiatan, tulisan/ringkasan hasil
pertemuan orang tua-pendidik
(3) Lem untuk
menempel dan menghias informasi dan gambar yang akan disampaikan berupa tulisan
sehingga lebih menarik minat untuk membacanya.
(4) Isolasi dan
dobel isolasi untuk menempel gambar-gambar maupun informasi yang akan
disampaikan
(5) Kertas-kertas
untuk menghias papan display, dapat berupa kertas asturo berwarna, kertas
marmer dan kertas krep
(6) Pines/paku
payung dan push pin untuk menempelkan bahan/materi yang akan disampaika.
Materi yang disampaikan pada papan
informasi hendaknya secara rutin diperbaharui sehingga selalu berisi
informasi-informasi yang relevan dengan perkembangan kegiatan anak maupun
kegiatan orang tua. Pembaharuan materi pada papan informasi dapat dilakukan
setiap dua minggu, setiap bulan atau sesuai kebutuhan. Pembaharuan materi
ini sangat penting untuk menarik perhatian karena jika papan dipenuhi
dengan informasi yang sudah lama atau terlihat acak-acakan, pihak orangtua
tidak akan melihatnya.
Pelaksanaan kegiatan ini dapat
melibatkan orangtua. Orangtua yang tertarik menjadi volunteer dapat
diikutsertakan untuk membantu memasang informasi dan menghiasnya. Di samping
itu orangtua juga dapat dilibatkan untuk menyumbang hasil karyanya.
d) Kiat penggunaan papan
informasi
(1) Rubahlah paling
sedikit beberapa selebaran secara berkala
(2) Ingatlah bahwa
setiap orang senang melihat photo dan nama mereka serta anak-anaknya
(3) Pampanglah
hasil karya anak
(4) Minta orang tua
untuk berkontribusi pada pemasangan maupun pengisian materi di papan informasi
(5) Tempelkan
ucapan terimakasih bagi orang tua yang telah membantu suatu kegiatan
(6) Kerjakan papan
informasi secara bersama-sama, setidaknya dua orang. Hal ini untuk memudahkan
pekerjaan dan memberi kegembiraan.
2) Buku Profil
Lembaga
Buku
Profil lembaga merupakan salah satu media komunikasi yang penting dalam
membangun keterlibatan dan peran serta orang tua dalam program pendidikan anak
usia dini. Buku Profil lembaga adalah buku yang memuat informasi-informasi umum
tentang profil lembaga, meliputi:
a) visi
dan misi lembaga, Visi adalah tujuan yang hendak dicapai oleh
suatu lembaga. Misi memuat langkah-langkah yang hendak dilakukan untuk
mewujudkan tujuan/visi yang telah ditetapkan.
b) program pembelajaran,
c) jadwal kegiatan,
d) daftar kelas,
e) daftar
peserta didik, Berisi informasi tentang jumlah peserta
didik, nama-nama peserta didik, usia/tempat tanggal lahir.
f) daftar
pendidik dan tenaga kependidikan, Berisi informasi tentang nama-nama
pendidik dan tenaga kependidikan, pendidikan, pelatihan/seminar yang pernah
diikuti oleh pendidik, pengalaman dalam bidang pendidikan anak usia dini dan
infromasi-informasi lain yang mendukung terkait dengan tenaga pendidik dan
kependidikan
g) fasilitas yang
dimiliki,
h) tata
tertib dan informasi lain yang bermanfaat untuk orang tua, Beirisi aturan-aturan
yang harus ditaati oleh pihak-pihak yang terkait dengan lembaga, meliputi tata
tertib untuk pendidik, tata tertib untuk anak dan tata tertib untuk orang tua.
Contoh Tata Tertib Orang Tua
a) Berpakaian
bebas dan sopan ketika mengantar anak
b) Tidak
berada di dalam ruangan ketika proses pembelajaran berlangsung
c) Mengantar
dan menunggu pada tempat yang telah disediakan
d) Aktif
menjalin komunikasi dengan pendidik tentang perkembangan anak, melalui buku
penghubung
e) Melengkapi
administrasi sesuai waktu yang telah ditentukan
f) Mengikuti
setiap kegiatan yang direncanakan lembaga bersama orang tua
g) Tidak
merokok di dalam ruangan pembelajaran
h) Mengantar
dan menjemput anak tepat waktu
3) Buku Komunikasi/Penghubung
Buku
komunikasi adalah suatu media berbentuk buku yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan orangtua.Buku ini memuat catatan singkat yang
menggambarkan keberhasilan yang spesifik, keterampilan atau perilaku baru serta
saran-saran untuk kegiatan dirumah. Buku ini berfungsi untuk menjembatani
komunikasi antara guru dan orang tua peserta didik, sehingga harus dapat diisi
oleh kedua belah pihak. Pihak orang tua didorong untuk mengirimkan
catatan-catatan penting kepada pendidik dan sebaliknya pendidik juga harus
aktif mengirimkan catatan-catatan penting tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Pertukaran
catatan dan tanggapan ini penting agar masing-masing pihak yaitu pendidik dan
orang tua saling bekerjasama untuk mendorong kemajuan anak. Catatan-catatan
dalam buku komunikasi dapat digunakan sebagai dasar bagi orang tua maupun
pendidik untuk menentukan materi atau program yang sesuai dengan kebutuhan
anak. Tindak lanjut dari catatan-catatan dalam buku komunikasi adalah berupa pertemuan
langsung antara pendidik dan orang tua.
4) Surat
Surat
adalah cara lain yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan orangtua.
Komunikasi melalui surat dapat dilakukan secara rutin yaitu mingguan atau
bulanan sehingga orangtua menerima informasi secara konsisten atau sesuai
dengan kebutuhan. Topik surat bervariasi sesuai dengan kebutuhan, meliputi:
a) Informasi tentang
pertemuan orangtua-pendidik
(1) Informasi
tentang kegiatan lembaga
(2) Permohonan
bantuan atau bahan-bahan untuk suatu kegiatan
(3) Permohonan
bantuan untuk menjadi volunteer dalam suatu kegiatan
(4) Ucapan terima
kasih atas bantuannya sebagai volunteer
(5) Laporan tentang
suatu kegiatan yang sudah berlangsung
(6) Saran-saran
untuk keterampilan pengasuhan di rumah
(7) dan sebagainya
5) Home Visit
Home
visit merupakan kegiatan yang dilakukan pendidik dengan mengunjungi rumah
orangtua peserta didik. Home visit ini memiliki makna penting untuk membangun
hubungan yang solid antara pendidik dan orangtua. Kegiatan ini biasanya
dilakukan pada awal dan akhir tahun ajaran. Namun demikian home visit juga
dapat dilakukan ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung ditahun
tersebut.
a) Tujuan
home visit sebelum tahun ajaran baru atau sebelum pembelajaran dimulai,
yaitu:pendidik dan calon peserta didik saling mengenal satu sama lain secara
individual; pertama,Pendidik dan orangtua dapat sharing
tentang program lembaga dan mendiskusikan harapan untuk anak mereka. Kedua,mendiskusikan
tentang kebutuhan khusus dan minat anak, masalah kesehatan yang perlu diketahui
pendidik. Ketiga,mendiskusikan juga tentang bagaimana
orangtua dapat terlibat dalam program lembaga.
b) Tujuan
home visit pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung, yaitu:
(1) untuk
berbagi informasi tentang perkembangan/kemajuan anak serta permasalahan yang
dihadapi.
(2) Mengetahui
kondisi anak jika selama beberapa hari tidak masuk sekolah.
(3) Mendorong
orangtua untuk terlibat dalam kegiatan di lembaga.
(4) Mendorong
orangtua memberikan pengasuhan yang tepat untuk anak.
c) Home
visit akan efektif jika pendidik merencanakan dan mempersiapkan secara baik.
Berikut ini saran untuk melaksanakan home visit.
(1) Persiapan
(a) Buat
jadual kunjungan yang tepat dan kirimkan jadual tersebut ke orangtua agar
orangtua mengetahui kapan kunjungan dan rentang waktunya.
(b) Siapkan sarana,
seperti kamera, nametag, album foto yang memuat aktivitas anak tahun
sebelumnya.
(c) Siapkan
sesuatu yang dapat dipakai untuk membuka percakapan(berbagi informasi tentang
anak dan yang dapat digunakan untuk kesempatan observasi). misalnya buku
cerita, atau alat permainan yang dapat digunakan anak untuk bermain sementara
pendidik berbicara dengan orangtua.
(d) Bawa form
informasi untuk orangtua yang memuat: nama dan nomor telepon, kalender sekolah
(hari libur dan even spesial), info tentang makanan kecil jika orangtua akan
menyediakannya, dan daftar aturan untuk merayakan ulangtahun dan membawa
sesuatu untuk dibagi di sekolah.
(2) Pelaksanaan
(a) Datang
tepat waktu sesuai kesepakatan.
(b) Sampaikan
tujuan kunjungan dan berapa lama akan dilakukan.
(c) mulailah
selalu dengan mendiskusikan hal-hal yang positif, meskipun tujuan kunjungan
mungkin untuk mendiskusikan suatu masalah.
(d) Jangan
mendominasi pembicaraan. Berikan waktu bagi keluarga untuk pendapat mereka,
anak mereka serta hal-hal lain yang menjadi perhatian dan minat mereka.
(e) Jangan
membicarakan anak didepannya kecuali memberikan pujian yang tulus dan umpan
balik yang positif.
(f) Jadilah
tamu yang menyenangkan. Jika orangtua menawarkan sesuatu untuk dimakan atau
diminum, terima dengan sopan.
(g) Jangan membuat
penilaian tentang lingkungan rumah meskipun lingkungan fisik rumah tidak sesuai
bayangan sebuah rumah yang tepat untuk perkembangan dan pertumbuhan anak.
Jika
pendidik tidak sanggup untuk mengunjungi dua atau tiga orangtua di rumah, dia
dapat mengundang mereka dalam pertemuan khusus di lembaga. Beberapa orangtua
mungkin lebih suka diundang dalam pertemuan dalam kelompok kecil. Jika orangtua
tidak dapat datang ke lembaga dan pendidik tidak dapat berkunjung ke rumah,
maka pendidik dapat mengundang mereka untuk bertemu di tempat lain sesuai
kesepakatan. Pertemuan di tempat yang netral mungkin membantu orangtua merasa
nyaman. Jika tidak mungkin, pendidik dapat mencoba kontak melalui telepon, atau
surat
6) Pertemuan
Orangtua dengan Pendidik(pengelola Lembaga)
Pertemuan pendidik dan orangtua
merupakan salah satu kegiatan yang dapat mendorong komunikasi antara mereka.
Kegiatan ini dapat dijadualkan secara rutin sesuai kebutuhan lembaga.
a) Tujuan pertemuan
orangtua-pendidik
Pertemuan tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa tujuan sebagai berikut.
(1) penjelasan
tentang program lembaga
(2) diskusi tentang
perkembangan anak
(3) diskusi tentang
cara mendidik anak, nutrisi, kesehatan, dan topik lain yang relevan dengan
kebutuhan untuk pendidikan anak usia dini.
Masing-masing tujuan sebaiknya
dilakukan dalam pertemuan yang berbeda sehingga kegiatan tersebut fokus dan
waktu pertemuan tidak terlalu lama.
b) Strategi pelaksanaan
(1) Persiapan
(a) Identifikasi
waktu luang orangtua. Hal ini dimaksudkan agar ketika pertemuan
diadakan, orangtua dapat menghadirinya. Kirimkan form identifikasi untuk diisi
orangtua yang memuat identitas serta kemungkinan waktu luang yang dimilikinya.
(b) Menetapkan
tujuan pertemuan berdasarkan identifikasi kebutuhan.
(c) Menetapkan
waktu pertemuan. Penetapan tujuan pertemuan dimaksudkan agar kegiatan
dapat fokus sehingga dapat memanfaatkan waktu secara efektif.Sedangkan waktu
pertemuan ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi waktu luang yang dimiliki
orangtua.
(d) Buat
undangan untuk orangtua maksimal satu minggu sebelumnya dan konfirmasi
kehadiran mereka dalam pertemuan sehari sebelumnya.
(e) Rencanakan
juga kegiatan pengasuhan untuk anak jika orangtua membawa anak-anak mereka.
(f) Jika
kegiatan membutuhkan narasumber selain pendidik, maka perlu membuat undangan
untuk narasumber dan mengkonfirmasi kesanggupannya.
(g) Mengirimkan
undangan ke orangtua
(h) menyiapkan
bahan/materi pertemuan
(i) menyiapkan
konsumsi dan dokumentasi
(2) Pelaksanaan
Berikut ini beberapa saran yang
dapat digunakan untuk melaksanakan pertemuan orangtua-pendidik.
(a) setting
ruangan pertemuan
(b) Mulai pertemuan
tepat waktu
(c) Pelaksanaan
pertemuan dengan susunan acara sebagai berikut:
Pembukaan
Perkenalan
Menyampaikan
tujuan pertemuan
Kegiatan
inti :
- penjelasan
program lembaga/perkembangan anak/paparan tentang topik tertentu yang berkaitan
dengan pendidikan dan pengasuhan anak.
- Diskusi/tanya
jawab
- Penutup
(d) ulangi tujuan
pertemuan
(e) buat
kesimpulan hasil pertemuan
Diskusikan
hasil pertemuan dengan sesama pendidik dan buat rencana untuk menindaklanjuti
hasil pertemuan tersebut.
Kirimkan
surat ucapan terima kasih kepada orangtua atas kehadirannya dalam
pertemuan.
7) Mempererat komunikasi
pendidik-orang tua secara informal
Komunikasi
yang sudah terbangun antara pendidik-orang tua perlu senantiasa dipererat.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk tujuan tersebut. Strategi komunikasi yang
sudah disebutkan di atas adalah upaya membangun komunikasi secara formal dan
terencana secara sistematis. Berikut ini adalah upaya mempererat komunikasi
pendidik-orang tua secara informal dan tidak memerlukan perencanaan khusus.
a) Waktu
orang tua mengantar dan menjemput anak
b) Menggunakan
telephon
c) Bertemu
di luar lingkungan lembaga PAUD
d) Melakukan
kegiatan parenting
(1) Manfaat
parenting
Kegiatan parenting akan
menjadi suatu wadah yang dapat memberikan keuntungan pada semua pihak, baik
kepada orang tua, kelompok bermain, maupun pemerintah. Ada beberapa manfaat
dalam pelaksanaan parenting adalah : pertama,terjalinnya
mitra kerja lintas sektor, misalnya dari pengusaha-pengusaha yang berkaitan
dengan produk yang berkaitan dengan kebutuhan tumbuh kembang anak, instansi pemerintah,
penerbit buku, dan lain-lain, Kedua, terpenuhinya
kebutuhan hak-hak anak. Ketiga, berkembangnya rasa percaya diri
orangtua dalam mendidik anak, Keempat terjalinnya hubungan yang harmonis pada
masing-masing anggota keluarga sesuai dengan tugasnya masing-masing, Kelima, terciptanya
hubungan antar keluarga di lingkungan masyarakat sekitar lembaga pendidikan,
dan Keenam, terjalinnya
mitra kerja antar sesama anggotaparenting.
(2) Langkah-langkah
kegiatan parenting
Dalam
melaksanakan parenting langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh kelompok
bermain adalah : pertama, adanya
komitmen bersama antara pengelola dan orangtua pada saat mendaftarkan
putra-putrinya di kelompok bermain, kedua,menyiapkan penanggungjawab
kegiatan parenting atau kepengurusan pada kelompok
bermain, ketiga, mengidentifikasi
kebutuhan informasi (isu-isu penting seputar pendidikan dan tumbuh kembang
anak) yang ingin diketahui oleh orangtua, keempat, menyusun
program-program kegiatan yang akan dilakukan untuk kegiatan parenting,
dan kelima, menyusun jadwal kegiatan
sekaligus menentukan narasumber atau sponsor, misalnya, kegiatan dapat
dilakukan seminggu sekali, sebulan sekali, atau memanfaatkan hari-hari libur
nasional, tergantung kebutuhan.
(3) Bentuk-bentuk
kegiatan parenting
Kegiatan parenting akan
lebih bermakna jika kelompok bermain dapat menyusun suatu kegiatan parenting sehingga
“kumpul-kumpul orangtua” mempunyai makna. Bentuk bentuk kegiatan parenting yang
dapat dilakukan antara lain:
(a) Think-thank, yaitu sumbang
saran yaitu mengeluarkan pendapat dan diskusi tentang pembelajaran yang paling
tepat bagi anak usia dini misalnya pembelajaran tematik, setiap anggota
dapat menyampaikan gagasan-gagasan atau permasalahan-permasalahan yang ada
sekaligus melakukan pembahasannya.
(b) Arisan Bicara,
yaitu setiap anggota, secara undian bergilir menjadi pembicara untuk
menyampaikan gagasan sesuai topik yang telah ditentukan.
(c) Seminar,
mengundang narasumber dan sponsor
(d) Praktek
ketrampilan, misalnya membuat alat permainan edukatif, memasak makanan bergizi
untuk anak, dan sebagainya.
(e) Outbond, yakni
kegiatan di luar ruangan yang dilakukan secara bersama-sama oleh semua anggota
keluarga, yang disisipkan kegiatan diskusi atau praktek permainan-permainan
yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga secara bersama-sama.
(f) Kunjungan
Lapangan, yaitu kegiatan kunjungan ke tempat–tempat khusus yang bersifat
mendidik, misalnya ke museum, perpustakaan umum, panti asuhan, panti jompo, ke
kebun atau pertanian, dan sebagainya.[1]
2.3 MEMBINA HUBUNGAN POSITIF DENGAN KOLEGA
Dalam
hubungan guru dengan rekan sejawat ada beberapa hal yang harus dilakukan,
menghendaki supaya guru menjalankan kewajiban kewajibannya sebagai berikut :
1.
Membantu dalan menentukan dan
menjalankan kebijakan kebijakan sekolah
2.
Membantu teman temannya dengan nasihat
nasihat yang konstruktif dan pikiran pikiran yang membantu .
3.
Menghargai dengan ikhlas bantuan yang
diterima dan kemajuan kemajuan yang dicapai
4.
Membantu teman teman untuk memperoleh
promosi yang patut didapat.
5.
Menjauhkan diri dari campur tangan,
perkara perkara antara guru guru dan murid murid kecuali jika kedudukannya yang
resmi mengharuskan.
6.
Mrnjauhkan ocehan atau kecaman yang
bersifat menentang tentang guru guru lain.
7.
Berbicara secara konstruktif tentang
guru guru lain, akan tetapi melaporkan secara jujuur kepada pejabat pejabat
yang berwenang dalam perkara perkara yang
menyangkut kesejahteraan murid murid, sekolah dan jabatan
8.
Menggabungkan diri dengan aktif dalam
organisasi organisasi guru
Sikap Terhadap Teman
Sejawat
Dalam ayat 7 kode etik guru
disebutkan bahwa : Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan,
dan kesetiakawanan social.” Ini berarti bahwa : (1) Guru hendaknya menciptakan
dan memelihara hubungan sesama guru
dalam lingkungannjanya, dan (2) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara
semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan social didalam dan diluar lingkungan
kerjanya.
Dalam hal ini Kode Etik guru Indonesia menunjukan kepada kita
betapa pentingnya hubungan yang harmonis perilaku diciptakan dengan mewujudkan
perasaan bersaudara yang mendalam antara sesame anggota profesi. Hubungan sesama
anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan hubungan
kekluargaan.
Hubungan formal ialah
hubunga yang perlu dilakukan dalam rangka melakukan tugas kedinasan.
Sedangkan hubungan
kekeluargaan ialah hubungan persaudaraan yang perlu dilakukan, baik dalam
lingkungan kerja maupj dalam hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang
tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.
1.
Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan
Kerja
Seperti diketahui,
dalam lingkungan sekolah terdapat
seorang kepala sekolah dan beberapa orang guru ditambah dengan beberapa ornag
personel sekolah lainnya sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut. Berhasil
tidaknya sekolah membawakan misinya akan banyak bergatung kepada semua manusia
yang terlibat didalamnya. Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi sebagai
mestinya, mutlak adanya hubungan yang baik diantara sesama personel yaitu
hubungan baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan kepala
sekolah ataupun guru dengan semua personel sekolah lainnya. Semua personel
sekolah ini harus dapat menciptakan hubungan baik dengan anak didik di sekolah
tersebut.
Sikap profesional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah
sikap ingin bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian , dan
tanggung jawab. Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib
sepenanggungan serta menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingkan
kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain (Hermawan,
1979). Dalam suatu pergaulan hidup, bagaimanapun kecilnya jumlah manusia, akan terdapat perbedaan-
perbedaan pikiran, perasaan, kemauan, sikap, watak, dan lain sebagainya.
Sekalipun demikian hubungan tersebut dapat berjalan lancer, tenteram, dan
harmonis, jika diantara mereka tumbuh sikap saling pengertian dan tenggang rasa
antara satu dengan lainnya.
Adapun kebiasaan kita pada umumnya, untuk kadang- kadang bersikap
kurang sungguh- sungguh dan kurang bijaksana, sehimgga hal ini menimbulkan
keretakan diantara sesama kita. Hal ini tidak boleh terjadi karena kalau diketahui murid ataupun orang
tua murid, apalagi masyarakat luas, mereka akan resah dan tidak percayam kepada
sekolah. Hal ini juga dapat mendatangkan pengaruh yang negative kapada anak
didik. Oleh sebab itu, agar jangan terjadi keadaan yang berlarut larut, kita
perlu saling memaaf- maafkan dan memupuk suasana kekeluargaan yang akrab antara
sesama guru dan aparatur di sekolah.
2.
Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan
Keseluruhan
Kalau kita ambil
sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah dokter yang diucapkan pada
upacara pelantikan dokter baru, antara lain terdapat kalimat yang menyatakan
bahwa setiap dokter akan memperlakukan teman sejawatnya sebagai saudara
kandung. Dengan ucapan ini para dokter menganggap profesi mereka sebagai suatu
keluargayang harus dijunjung tinggi dan dimuliakan.
Sebagai saudara tua mereka berkewajiban saling mengoreksi dan
saling menegur, jika terdapat kesalahan- kesalahan atau penyimpangan yang dapat
merugikan profesinya. Meskipun dalam prakteknya besar kemungkinan tidak semua
anggota profesi dokter itu melaksanakan apa yang diucapkan dalam sumpahnya,
tetapi setidak- tidaknya sudah ada norma- norma yang mengatur dan mengawasi
penampilan profesi itu.
Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan?
Dalam hal ini kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi
keguruan maasih memerlukan pembinaan yang sungguh- sungguh. Rasa persaudaraan
seperti tersebut, bagi kita masih perlu ditumbuhkan sehingga kelak akan dapat
kita lihat bahwa hubungan guru dengan teman sejawatnya berlangsung seperti hal
nya dengan profesi kedokteran.
Uraian ini dimaksudkan sebagai
perbandingan untuk dijadikan bahan dalam meningkatkan hubungan guru dengan guru
sebagai anggota profesi keguruan dalam hubungan keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jenis-jenis
kebutuhan kolaborasi secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu kolaborasi
formal dan informal.Kolaborasi secara formal adalah Kolaborasi yang
diadakan di lingkungan sekolah, sedangkan kolaborasi informal adalah Kegiatan
yang tidak terprogram selain formal dan in formal kolaborasi juga diperlukan
antar guru denga guru, antar guru dan sekolah dan antar orang tua dengan
sekolah.Dan jenis-jenis kebutuhan kolaborasi antara guru dan orang tua dapat
berupa konferensi orang tua, pertemuan guru dan orang tua secara pribadi, home
visit, mengadakan surat menyurat antar sekolah dan orang tua, mengadakan
perayaan, pesta atau pameran karya anak , serta mendirikan perkumpulan orang
tua dan guru, dan case conference.
3.2 Kata Penutup
Demikianlah
makalah yang membahas jenis-jenis kebutuhan kolaborasi dan jenis-jenis
kebutuhan kolaborasi antara guru dan orang tua, semoga dapat
memberikan manfaat.Dan kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan atau yang lainnya dalam makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Akbar, Reni & Hawadi.2001.Psikologi
Perkembangan Anak.Jakarta:Grassindo
Indra Roni.2011.Sukses Sebelum
Lulus Kuliah.Bandung:Master publishing
Suyanto,Slamet.2005.Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta.Kemendiknas
Nurhafiza.2011.MK Kolaborasi
Orang Tua dan Pendidikan Anak Usia Dini.Padang.UNP
Hasbullah.2005.Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan.Jakarta.Rajawali Pers
Jaipul L. Roopnarine, James E.
Jhonson. 2011.Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Berbagai Pedekatan.Prenada
Media Grup: Jakarta
Sardiman A.M.2009.Interaksi
dan Motivasi Belajar-Mengajar.PT.raja Grafindo Persada:Jakarta
Forrerst W.Parkay Beverly hardcastle
Stanford.2008.Menjadi Seorang Guru.PT Indeks:Jakarta
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Dipembahasan tidak ada innotnya, tolong berikan contoh yg ininot
BalasHapusDipembahasan tidak ada innotnya, tolong berikan contoh yg ininot
BalasHapus