PENDEKATAN,
MODEL, STRATEGI, DAN METODE DALAM PAUD
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan pada yang maha kuasa yang telah memberikan berkat serta karunianya
kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
berjudul ” Pendekatan, Model, Strategi, Dan
Metode Dalam Paud
“ yang tepat pada waktunya sebagai tugas mata
kuliah. Belajar dan Pembelajaran bagi anak Usia Dini mengucapkan terimakasih kepada Dosen Bidang
Study Belajar dan Pembelajaran bagi anak Usia Dini, karena atas bimbingan beliau maka kami dapat
mengetahui dan mengerti bagaimana cara mengerjakan makalah yang baik dan benar.
Makalah ini berisikan tentang pengertian, penjelasan serta pemaparan. Dalam
penyusunan makalah ini, Kami mendapat banyak kesulitan karena kurangnya sumber
serta fasilitas untuk penyusunan makalah ini, tetapi itu semua kami jadikan
tantangan untuk dapat bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Oleh karena itu, sebelum dan sesudahnya kami ucapakan terimakasih.
i
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar-----------------------------------------------------------------------i
Daftar
Isi
-----------------------------------------------------------------------------ii
BAB
I
PENDAHULUAN
------------------------------------------------------------------1
1.1
Latar
Belakang-------------------------------------------------------------------1
BAB II
PEMBAHASAN
--------------------------------------------------------------------2
Pendekatan
Pembelajaran ---------------------------------------------------------2
Strategi
Pembelajaran --------------------------------------------------------------5
Metode
Pembelajaran --------------------------------------------------------------7
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
-------------------------------------------------------------------------10
Saran
---------------------------------------------------------------------------------10
Daftar
Pustaka ----------------------------------------------------------------------11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak
usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini
secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan
kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50 % menjadi 80 %.
Diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang
kelas adalah anak-anak yang tidak masuk pendidikan prasekolah sebelum masuk SD.
Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tua nya
memasuki SD. Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan disekolah dan
dirumah menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan taman kanak-kanak
(prasekolah) mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak
mampu menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini
menunjukkan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia prasekolah
Usia 4-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak.
Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi
anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan
psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini
merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan
fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni,
moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi
yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak
tercapai secara optimal.
Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang
dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6 tahun.
Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil
belajar atau belajar seraya bermain.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pendekatan
Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
Terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).
Secara khusus pendekatan yang
dilakukan dalam PAUD biasanya menggunakan :
a. Pendekatan
High Scope
Pendekatan High/Scope dikembangkan
oleh David Weikart. High Scope mulai digunakan tahun 1962. Digunakan studi
longitudinal sampai seseorang berusia 40 tahun. Studi ini menyebutkan bahwa
anak memiliki hubungan sosial dan emosional yang baik. Program ini melibatkan
anak sebagai pembelajar aktif yang memberikan kesempatan pada anak untuk
memilih sendiri aktivitas bermainnya.
High/Scope memiliki komponen
penting, yaitu:
1) Anak sebagai pembelajar aktif
yang menggunakan sebagian besar waktunya di dalam learning center yang
beragam.
2)
Merencanakan-melakukan-mengulang (plan-do-rewind)
Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka
lakukan setiap hari, melaksanakan rencana mereka dan mengulang kembali yang
telah mereka pelajari.
2
3) Pengalaman kunci (key
experience)
Pengalaman-pengalaman penting anak dipakai untuk
pembelajaran.
4) Penggunaan catatan
anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh anak.
Pendekatan High/Scope memiliki 5 unsur yang mendukung
pembelajaran aktif anak, yaitu:
1) Benda-benda yang dapat
dieksplor anak.
2) Manipulasi benda-benda oleh anak.
3) Pilihan bagi anak tentang apa yang
harus dilakukan anak.
4) Bahasa anak.
5) Dukungan dari dan oleh orang dewasa.
b. Pendekatan
Beyond Centre and Circle Time/BCCT
Pendidikan Anak Usia Dini dapat
menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Beyond Centers and Circle
Time (BCCT), atau dalam bahasa Indonesia adalah Lebih Jauh Tentang
Sentra dan Saat Lingkaran Kegiatan bermain sambil belajar pada sentra-sentra (sentra
persiapan, peran makro, mikro, balok, imtaq, seni, dan sentra bahan alam),
dalam rangka mengembangkan seluruh potensi kecerdasanan anak.
Anak dituntut aktif dan kreatif
dalam kegiatan sentra-sentra dan pendidik berperan sebagai motivator dan
fasilitator memberi pijakan-pijakan (scaffolding). Pijakan yang
diberikan sebelum dan sesudah anak yang bermain dalam settingduduk
melingkar sehingga dikenal sebagai saat lingkaran. Pijakan lainnya adalah
pijakan lingkungan (penataan lingkungan), dan pijakan pada setiap anak
dilakukan selama anak bermain (Ditjen Dikluspa, 2005). Pendekatan ini
dikembangkan olehCreative Pre School Florida Amerika Serikat dan
mulai dikembangkan juga di Indonesia. Metode ini merupakan pengembangan dari
metode Montessori, High Scope dan Reggio Emilio, yang menfokuskan kegiatan
anak-anak di sentra-sentra, sudut-sudut, atau area-area untuk mengoptimalkan
seluruh kecerdasan anak.
c. Pendekatan Reggio
Emilia Approach/REA
Pendekatan REA ini berkomitmen
“menciptakan kondisi pembelajaran
3
yang akan mendorong dan
memfasilitasi anak untuk membangun kekuatan berpikirnya sendiri melalui
penggabungan seluruh bahasa ekspresif, komunikatif, dan kognitifnya” (Edward
& Forman, 1993).
REA diciptakan
oleh Loris Malaguzzi dan para orang tua di daerah sekitar Reggio Emilia di
Italia setelah Perang Dunia II. Saat itu, karena jumlah angkatan kerja pria
berkurang akibat perang, para wanita terpaksa menjadi tenaga kerja di
pabrik-pabrik dan industri. Ditambah dengan kondisi penuh kehancuran, para
orang tua merasa perlu ada pendekatan baru terhadap cara mengajar anak-anaknya.
Para orang tua ini merasa bahwa pada tahun-tahun awal perkembangan anaknyalah
mereka membentuk diri mereka sebagai seorang individu. Berangkat dari pemikiran
inilah lalu diciptakan sebuah program yang berprinsip rasa hormat, tanggung
jawab dan kebersamaan melalui eksplorasi di dalam lingkungan yang suportif dan
memperkaya minat anak.
Pada dasarnya
REA menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten sehingga model kurikulum
yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu sendiri. Kurikulum memiliki
catatan proses dengan tujuan-tujuan tertentu, tapi tidak memiliki batasan
cakupan maupun urutan tertentu. Guru mengikuti minat anak-anak dan
tidak memberikan instruksi-instruksi standar dan konvensional. REA sangat
percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan teman, orang tua, guru
serta interaksi dengan lingkungan tempat belajarnya.
d. Pendekatan
Montessori
Tujuan pendidikan Montessori adalah
mengoptimalkan seluruh kemampuan anak melalui stimulasi yang dipersiapkan. Guru
perlu membuat perencanaan secara rinci dan mempersiapkan lingkungan
pembelajaran yang tenang dan teratur agar anak merasa nyaman untuk belajar.
Kelas yang terdiri dari bermacam
usia membuat anak dapat belajar dari kawan yang usianya lebih tua di samping
dari gurunya sendiri. Walaupun anak belajar secara
individual, tetapi ia tetap dilatih agar bisa mandiri. Lingkungan dipersiapkan
dengan materi yang telah terstruktur, misalnya:
a.
Materi sensorial
4
Anak berlatih untuk memperluas dan
memperhalus persepsi sensorinya. Materi yang digunakan adalah alat-alat yang
mengandung konsep tentang ukuran, bentuk, warna, suara, tekstur, bau, berat
ringan, dll.
b. Materi konseptual
Materi ini menggunakan bahan-bahan
konkret untuk melatih anak membaca, menulis, matematika dan pengetahuan sosial.
c. Materi kehidupan praktis
Materi pembelajaran yang diberikan
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menyapu lantai, mencuci
piring, menyiram tanaman, mengancingkan baju, dll. Pendekatan
Montessori menggunakan bahan-bahan yang dapat dimainkan anak, namun di dalam
pendekatan ini tidak memberikan anak di bawah 6 tahun untuk berfantasi. Padahal
jika anak bermain, maka salah satu unsur bermain adalah berfantasi
(berpura-pura). Dengan demikian di dalam pendekatan ini anak tidak dapat
bermain secara bebas, tetapi sangat terstruktur sehingga imajinasinya tidak
berkembangang. Pengaruh guru untuk memberikan mainan yang sudah terpola dan
berurutan secara ketat membatasi kreatifitas anak dalam mengeksplorasi
mainannya. Dengan anak belajar secara mandiri, maka kesempatan anak untuk
berinteraksi dengan teman sangat terbatas.
2. Strategi Pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008)
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip
pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Jenis-jenis strategi pembelajaran
umum tersebut adalah: (1) meningkatkan keterlibatan indra, (2) mempersiapkan
isyarat lingkungan, (3) analisis tugas, (4) scaffolding, (5) praktik
terbimbing, (6) undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah laku/tindakan, (8)
refleksi kata-kata, (9) contoh atau modelling, (10) penghargaan
5
efektif), (11)
menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12) do-it-signal, (13) tantangan,
(14) pertanyaan, dan (15) kesenyapan. Strategi-strategi pembelajaran tersebut
dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam keseluruhan proses pembelajaran,
sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Macamnya adalah sebagai berikut :
1) Metode
Keteladanan
Keteladanan merupakan bahan utama dalam
pendidikan, karena mendidik bukan sebatas penyampaian materi saja, melainkan
membangun karakter dalam setiap jiwa peserta didik, oleh karena itu pendidik
mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap peserta didik mengenai tingkah
laku dan perbuatannya yang dapat dibuat contoh dan diikutinya.
2) Metode
Lemah Lembut / Kasih sayang
3) Metode
Deduktif
4) Metode
Demontrasi
5) Metode
Eksperimen
6) Metode
Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah berangkat
dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam
pendekatan ini ada dua versi. Versi pertama siswa dapat menerima saran tentang
prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun
serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya
masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru
berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi petunjuk.
7) Metode
Diskusi&Tanya Jawab
Untuk lebih mendalam dalam pemahaman
meteri maka dimunculakan diskusi atau dialog yang dikemas dengan tanya jawab.
Diskusi atau dialog harus dilaksanakan
6
dengan cara yang baik. Cara yang baik
ini perlu dirumuskan lebih lanjut, sehingga timbullah etika berdiskusi,
misalnya tidak memonopoli pembicaraan, saling menghargai pendapat orang lain,
kedewasaan pikiran dan emosi, berpandangan luas dan sebagainya.
8) Metode
Pujian / Pemberian Kegembiranaan
9) Metode
Hukuman
10) Metode
Pembiasaan
Menjadikan pembiasaan sebagai sebuah
metode pendidikan memang sangat tepat, dalam pembiasaan peserta didik tidak
dituntut secara serta merta menguasai sebuah materi dan melaksanakannya, memang
dalam pemahaman sangat gampang namun dalam pengamalan yang agak sulit untuk
terealisasikan, maka dari itu dibutuhkan sebuah proses dalam mencapainya,
yaitu, melalui pembisaan.
11) Metode
Kisah-Kisah
Metode cerita atau kisah dianggap
efektif dan mempunyai daya tarik yang kuat sesuai dengan sifat alamiah manusia
yang menyenangi cerita. Metode cerita sering kali dipakai oleh para pengajar
terutama dijenjang pendidikan kanak-kanak (TK). Namaun diakui atau tidak
peserta didik sangat senang ketika mendengarkan gurunya bercerita, termasuk
juga mahasiswa.
12) Metode
Perbandingan
4. Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok
model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku.
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Ada juga model pembelajaran
baru hasil pengembangan dan improvisasi
7
pendidik disesuaikan dengan
kebutuhan anak dan kebudayaan negara, yaitu :
1) Model
Pendidikan Holistik Berbasis Karakter
Dikembangkan oleh Ratna Megawangi, PhD pendiri Indonesia
Heritage Foundation. Model pendidikan ini menerapkan teori-teori sosial, emosi,
kognitif, fisik, moral, dan spiritual. Model ini diharapkan dapat memampukan
setiap anak untuk berkembang sebagai individu yang terintegrasi dengan baik
(secara spiritual, intelektual, sosial, fisik, dan emosi, yang berpikir kreatif
secara mandiri, dan bertanggung jawab). Pendidikan Holistik Berbasis Karakter
bertujuan untuk membangun seluruh dimensi manusia dengan pendekatan pada
pengalaman belajar yang menyenangkan dan inspiratif untuk anak-anak.
2) Model
Pembelajaran Atraktif
Tujuan pokok dari pengembangan Paud
atraktif ialah mengembalikan dan menempatkan Paud pada fungsinya yang hakiki
sebagai sebuah taman.
Secara khusus, pengembangan Paud
atraktif bertujuan untuk:
a. Menanamkan
filosofi pelaksanaan pendidikan di PAUD. Filosofi pendidikan anak usia dini
telah disusun dan dituangkan dalami pelaksanaan pendidikan anak usia dini
dengan berbagai bentuk kegiatan yang indah, menarik dan menyenangkan anak.
“Tempat bermain”, yaitu melalui bermain anak akan “berteman banyak”, urrtuk
mempelajari karakter, keinginan, sikap, dan gayatingkah laku masing-masing.
b.
Menyebarkan wawasan tentang pelaksanaan pendidikan anak usia dini yang atraktif. Tingginya
derajat penyimpangan Paud mengharuskan perlunya secara intensif penyebaran
wawasan dan pemahaman tentang makna dan proses pendidikan anak usia dini
atraktif.
c. Mengubah
sikap dan perilaku pengasuh yang belum sesuai dengan kerakteristik pendidikan
anak usia dini.
d. Mendorong
munculnya inovasi dan kreativitas pengasuh dalam menciptakan dan mengembangkan
iklim pendidikan yang kondusif di Paud.
Ada 3 prinsip yang menjadi dasar
pendidikan ini, yaitu sebagai berikut :
8
a. Pendidikan
anak usia dini menekankan pada pengamatan alam. Semua pengetahuan bersumber
pada pengamatan. Pengamatan seorang anak pada sesuatu akan menimbulkan
pengertian. Pengertian yang baru akan bergabung dengan pengertian lama dan
membentuk pengetahuan. Dan pendidikan di kembali ke alam (back to nature),
atau sekolah alam. Inti utamanya adalah mengajak anak melakukan pengamatan pada
sumber belajar di lingkungan sekitar.
b. Menumbuhkan
keaktifan jiwa raga anak. Melalui keaktifan anak maka ia akan mampu mengolah
kesan pengamatan menjadi pengetahuan. Keaktifan juga akan mendorong anak untuk
berinteraksi dengan lingkungan sehingga merupakan pengalaman langsung dengan
lingkungan. Pengalaman interaksi ini akan menimbulkan pengertian tentang
lingkungan dan selanjutnya akan menjadi pengetahuan baru.
c. Pembelajaran
pada anak usia dini harus berjalan secara teratur setingkat demi setingkat atau
bertahap. Prinsip ini sangat cocok dengan kodrat anak yang tumbuh dan
berkembang secara bertahap. Pandangan dasar tersebut membawa konsekuensi bahwa
bahan pengembangan yang diberikan harus disusun secara bertahap, dimulai dari
bahan termudah sampai tersulit, dari bahan pengembangan yang sederhana sampai
yang terkompleks.
Ciri khas pandangan pendidikan anak
usia dini atrakfif yaitu melalui adanya pengajaran suara, bentuk dan bilangan.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar